Pendidikan karakter
siswa harus bermula
dan ditanamkan dari lingkungan keluarga, sebab keluarga adalah fondasi utama
pendidikan, sesungguhnya anak itu dilahirkan bagaikan kain yang putih
bersih tak ternoda setitikpun tetapi orang tuanyalah yang mewarnai menjadi
merah, hitam, atau biru, Betapa pun baiknya pendidikan formal di sekolah,
betapa pun sudah didukung oleh perangkat teknologi canggih, jika tidak didukung
oleh lingkungan keluarga yang baik, hasilnya tidak akan memuaskan.
Pendidikan karakter
siswa bukanlah sebuah
proses menghafal materi soal ujian dan teknik-teknik menjawabnya. Pendidikan
karakter memerlukan pembiasaan dan harus berangkat dari kesadaran masing-masing
individu.
pendidikan karakter
siswa pada hakikatnya
tidak hanya menambah pengetahuan, tapi juga secara seimbang harus menanamkan
karakter positif terhadap sikap, perilaku, dan tindakan, menjadi manusia yang
mampu mengenali dirinya, dan mengenali Tuhannya, menjadi manusia yang cerdas
otaknya sekaligus waras prilakunya.
Guru bukan sembarang pekerjaan, melainkan
profesi yang pelakunya memerlukan berbagai kelebihan, baik terkait dengan
kepribadian, akhlak, spiritual, pengetahuan dan keterampilan. Peran guru bukan
sekadar mentransfer pengetahuan kepada siswa. Tapi lebih dari itu disamping
orang tua guru juga bertanggungjawab membentuk karakter siswa sehingga menjadi
generasi yang cerdas, saleh, dan terampil dalam menjalani kehidupannya.
Dalam mendidik karakter sosok guru adalah
model bagi siswa. Guru adalah contoh nyata, dalam kiratabasa jawa guru adalah
sosok yang bisa digugu lan ditiru bukannek dina minggu turu.
Guru sebagai sosok yang digugu (tuturkatanya dapat dipercaya) dan ditiru (tingah lakunya dapat diteladani)
harus memiliki modal dan sifat-sifat yang meneladani Rasulullah
Muhammad SAW. Sebagaimana Firman Allah SWT
“Sesungguhnya pada
diri Rasulullah terdapat contoh tauladan yang baik bagi mereka yang
menggantungkan harapannya kepada Allah dan Hari Akhirat serta banyak berzikir
kepada Allah” (QS 33 : 21)
Guru harus benar-benar memahami
prinsip-prinsip keteladanan. Ibda’ bi nafsikMulailah dari diri sendiri. Dengan demikian
guru tidak hanya pandai bicara dan mengkritik tanpa pernah menilai dirinya
sendiri. Artinya guru harus mempraktikkannya terlebih dahulu sebelum
mengajarkan karakter kepada Siswa.
guru harus menyadari arti kehadirannya di
tengah siswa, mengajar dengan ikhlas, memiliki kesadaran dan tanggungjawab
sebagai pendidik untuk menanamkan nilai-nilai kebenaran. Mengajar bukan untuk
sekadar melepaskan tugas, mengajar karena panggilan jiwa, mengajar dengan
cinta, merasa bertanggung jawab terhadap keberhasilan siswa dunia akhirat, dan
mampu mengarahkan siswa tentang arti hidup.
Pendidikan karakter menurut konsepsi Islam
telah dicontohkan Rasulullah SAWPertama, Rasulullah SAW sangat fokus kepada pembinaan dan penyiapan
kader. Fakta itu dapat
dilihat sejak beliau diangkat menjadi Rasul, perjuangan dakwah beliau
difokuskan pada nilai pembinaan dengan mencari bibit kepemimpinan unggul dan
berhati bersih. Beliau berusaha menanamkan karakter kenabian yaitu siddiq (jujur), amanah (dapat dipercaya), tabligh (menyampaikan) dan fatonah (cerdas). Rumah Arqam bin Abil Arqam
menjadi saksi bagaimana ahirnya kepemimpinan Islam dilahirkan. Point penting
pertama pendidikan karakter adalah fokus, bertahap dan konsisten terhadap
pembinaan sejak dini.
Kedua, mengutamakan bahasa perbuatan lebih baik
dari perkataan. Aisyah menyebut Rasulullah SAW bagaikan Al Qur’an yang
berjalan. Sebutan itu tidak salah, mencermati Sirah Nabawiyah menjadikan kita
menuai kesadaran rekonstruksi pemikiran dan tindakan Rasulullah SAW. Beliau
berbuat dulu, baru menyerukan kepada kaumnya untuk mengikutinya. Keshalihan
individu berhasil membentuk keshalihan kolektif di masyarakat Makkah dan
Madinah.
Ketika berdakwah di masyarakat Thaif dirinya
mendapat perlakuan buruk dilempari kotoran. Pada saat itu datanglah Malaikat
Jibril menawarkan jasa. “Hai muhammad jika engkau kehendaki gunung yang ada dihadapanmu
ini untuk aku timpahkan kepada penduduk Thaif, niscaya sekarang juga aku
lakukan.” Tetapi bagaimana
Nabi menjawab “Jangan Jibril, semua itu dilakukan mereka karena ketidaktahuan
mereka”kemudia nabi berdo’a “Ya Allah berikanlah
hidayah kepada kaumku sesungguhnya mereka tidak mengetahui” dan Allah SWT
mendengar doa beliau, masyarakat Thaif banyak menjadi pengikut
Islam. Point penting kedua, berikan keteladanan baru mengajak orang lain
mengikuti apa yang kita lakukan.
Ketiga, menanamkan keyakinan bersifat ideologis
sehingga menghasilkan nilai moral dan etika dalam mengubah masyarakatnya.
Beliau meluruskan kemusyrikan mereka dengan mengajarkan kalimat tauhid yakni
meyakini Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang berhak disembah. Karakter tauhid
menghasilkan pergerakan manusia yang dilandasi syariat Islam dalam menjalankan
kehidupan. Pendidikan karakter yang terpenting adalah pendidikan moral dan
etika. Rasulallah SAW sendiri pun menegaskan hal itu dalam sabdanya, buitstu liutamima
makarimal akhlak “Aku hanya
diutus untuk menyempurnakan akhlak karimah.” (HR Ahmad dan yang lain).
Menumbuhkan kembali akhlak karimah haruslah menjadi kompetensi dalam proses
pendidikan karakter.
Di depan telah disebutkan bahwa pendidikan karakter
siswa adalah untuk
menanamkan akhlak muliah (ahlakul karimah) melalui proses knowing the
good, loving the good, dan acting the good dan Rasulullah SAW sudah memberikan
teladan itu dengan membangun pendidikan berbasis moral dan etik.
Akhirnya semoga tulisan ini dapat sedikit
memberikan motivasi kepada kita sebagai guru yang merupakan profesi dan salah
satu pilar pembentuk karakter bangsa. (Ya Allah Tunjukilah Kami jalan yang
lurus)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar