Pages

Senin, 10 Maret 2014

Pendidikan Karakter dan Keteladanan Guru

pendidikan karakter siswa  adalah untuk menanamkan  akhlak muliah (ahlakul karimah) melalui proses knowing the good, loving the good, dan acting the good. Yakni, suatu proses pendidikan yang melibatkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik, sehingga akhlak mulia bisa terukir menjadi habit of the mind, heart, and hands.
Pendidikan karakter siswa harus bermula dan ditanamkan dari lingkungan keluarga, sebab keluarga adalah fondasi utama pendidikan, sesungguhnya anak itu dilahirkan bagaikan kain  yang putih bersih tak ternoda setitikpun tetapi orang tuanyalah yang mewarnai menjadi merah, hitam, atau biru,  Betapa pun baiknya pendidikan formal di sekolah, betapa pun sudah didukung oleh perangkat teknologi canggih, jika tidak didukung oleh lingkungan keluarga yang baik, hasilnya tidak akan memuaskan.
Pendidikan karakter siswa bukanlah sebuah proses menghafal materi soal ujian dan teknik-teknik menjawabnya. Pendidikan karakter memerlukan pembiasaan dan harus berangkat dari kesadaran masing-masing individu.
pendidikan karakter siswa  pada hakikatnya tidak hanya menambah pengetahuan, tapi juga secara seimbang harus menanamkan karakter positif terhadap sikap, perilaku, dan tindakan, menjadi manusia yang mampu mengenali dirinya, dan mengenali Tuhannya, menjadi manusia yang cerdas otaknya sekaligus waras prilakunya.
Guru bukan sembarang pekerjaan, melainkan profesi yang pelakunya memerlukan berbagai kelebihan, baik terkait dengan kepribadian, akhlak, spiritual, pengetahuan dan keterampilan. Peran guru bukan sekadar mentransfer pengetahuan kepada siswa. Tapi lebih dari itu disamping orang tua guru juga bertanggungjawab membentuk karakter siswa sehingga menjadi generasi yang cerdas, saleh, dan terampil dalam menjalani kehidupannya.
Dalam mendidik karakter sosok guru adalah model bagi siswa. Guru adalah contoh nyata, dalam kiratabasa jawa guru adalah sosok yang bisa digugu lan ditiru bukannek dina minggu turu.
Guru sebagai sosok yang digugu (tuturkatanya dapat dipercaya) dan ditiru (tingah lakunya dapat diteladani)   harus memiliki modal dan sifat-sifat yang meneladani Rasulullah Muhammad SAW. Sebagaimana Firman Allah SWT
“Sesungguhnya pada diri Rasulullah  terdapat contoh tauladan yang baik bagi mereka yang menggantungkan harapannya kepada Allah dan Hari Akhirat serta banyak berzikir kepada Allah” (QS 33 : 21)
Guru harus benar-benar memahami prinsip-prinsip keteladanan. Ibda’ bi nafsikMulailah dari diri sendiri. Dengan demikian guru tidak hanya pandai bicara dan mengkritik tanpa pernah menilai dirinya sendiri. Artinya guru harus mempraktikkannya terlebih dahulu sebelum mengajarkan karakter kepada Siswa.
guru harus menyadari arti kehadirannya di tengah siswa, mengajar dengan ikhlas, memiliki kesadaran dan tanggungjawab sebagai pendidik untuk menanamkan nilai-nilai kebenaran. Mengajar bukan untuk sekadar melepaskan tugas, mengajar karena panggilan jiwa, mengajar dengan cinta, merasa bertanggung jawab terhadap keberhasilan siswa dunia akhirat, dan mampu mengarahkan siswa tentang arti hidup.
Pendidikan karakter menurut konsepsi Islam telah dicontohkan Rasulullah SAWPertama, Rasulullah SAW sangat fokus kepada pembinaan dan penyiapan kader. Fakta itu dapat dilihat sejak beliau diangkat menjadi Rasul, perjuangan dakwah beliau difokuskan pada nilai pembinaan dengan mencari bibit kepemimpinan unggul dan berhati bersih. Beliau berusaha menanamkan karakter kenabian yaitu siddiq (jujur), amanah (dapat dipercaya), tabligh (menyampaikan) dan fatonah (cerdas). Rumah Arqam bin Abil Arqam menjadi saksi bagaimana ahirnya kepemimpinan Islam dilahirkan. Point penting pertama pendidikan karakter adalah fokus, bertahap dan konsisten terhadap pembinaan sejak dini.
Kedua, mengutamakan bahasa perbuatan lebih baik dari perkataan. Aisyah menyebut Rasulullah SAW bagaikan Al Qur’an yang berjalan. Sebutan itu tidak salah, mencermati Sirah Nabawiyah menjadikan kita menuai kesadaran rekonstruksi pemikiran dan tindakan Rasulullah SAW. Beliau berbuat dulu, baru menyerukan kepada kaumnya untuk mengikutinya. Keshalihan individu berhasil membentuk keshalihan kolektif di masyarakat Makkah dan Madinah.
Ketika berdakwah di masyarakat Thaif dirinya mendapat perlakuan buruk dilempari kotoran. Pada saat itu datanglah Malaikat Jibril menawarkan jasa. “Hai muhammad jika engkau kehendaki gunung yang ada dihadapanmu ini untuk aku timpahkan kepada penduduk Thaif, niscaya sekarang juga aku lakukan.” Tetapi bagaimana Nabi menjawab “Jangan Jibril, semua itu dilakukan mereka karena ketidaktahuan mereka”kemudia nabi berdo’a “Ya Allah berikanlah hidayah kepada kaumku sesungguhnya mereka tidak mengetahui” dan Allah SWT mendengar doa beliau, masyarakat Thaif banyak menjadi pengikut Islam. Point penting kedua, berikan keteladanan baru mengajak orang lain mengikuti apa yang kita lakukan.
Ketiga, menanamkan keyakinan bersifat ideologis sehingga menghasilkan nilai moral dan etika dalam mengubah masyarakatnya. Beliau meluruskan kemusyrikan mereka dengan mengajarkan kalimat tauhid yakni meyakini Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang berhak disembah. Karakter tauhid menghasilkan pergerakan manusia yang dilandasi syariat Islam dalam menjalankan kehidupan. Pendidikan karakter yang terpenting adalah pendidikan moral dan etika. Rasulallah SAW sendiri pun menegaskan hal itu dalam sabdanya, buitstu liutamima makarimal akhlak “Aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak karimah.” (HR Ahmad dan yang lain). Menumbuhkan kembali akhlak karimah haruslah menjadi kompetensi dalam proses pendidikan karakter.
Di depan telah disebutkan bahwa pendidikan karakter siswa  adalah untuk menanamkan  akhlak muliah (ahlakul karimah) melalui proses knowing the good, loving the good, dan acting the good dan Rasulullah SAW sudah memberikan teladan itu dengan membangun pendidikan berbasis moral dan etik.


Akhirnya semoga tulisan ini dapat sedikit memberikan motivasi kepada kita sebagai guru yang merupakan profesi dan salah satu pilar pembentuk karakter bangsa. (Ya Allah Tunjukilah Kami jalan yang lurus)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Like Box