Ir.soekarno (Presiden Pertama Republik Indonesia)
Pahlawan Proklamasi

Ir. Soekarno Presiden
pertama Republik Indonesia di kenal sebagai Pahlawan
Proklamasi, beliau adalah Presiden yang paling berani melawan musuh-musuh
yang dianggap bisa mengacaukan keutuhan Indonesia, banyak pemimpin dunia
menghormatinya. Soekarno yang biasa dipanggil Bung Karno, lahir di Blitar,
Jawa Timur, 6 Juni 1901 dan wafat pada tanggal 21 Juni 1970 di Jakarta. Saat ia
lahir dinamakan Koesno Sosrodihardjo. Ayahnya bernama Raden Soekemi
Sosrodihardjo dan ibunya Ida Ayu Nyoman Rai. Semasa hidupnya, beliau mempunyai
tiga istri dan dikaruniai delapan anak. Dari istri Fatmawati mempunyai anak Guntur, Megawati,
Rachmawati, Sukmawati dan Guruh. Dari istri Hartini mempunyai Taufan dan Bayu,
sedangkan dari istri Ratna Sari Dewi, wanita turunan Jepang bernama asli Naoko
Nemoto mempunyai anak Kartika..
Masa kecil
Soekarno hanya beberapa tahun hidup bersama orang tuanya di Blitar. Semasa SD
hingga tamat, beliau tinggal di Surabaya, indekos di rumah Haji Oemar Said
Tokroaminoto, politisi kawakan pendiri Syarikat Islam. Kemudian melanjutkan
sekolah di HBS (Hoogere Burger School). Saat belajar di HBS itu, Soekarno telah
menggembleng jiwa nasionalismenya. Selepas lulus HBS tahun 1920, pindah ke
Bandung dan melanjut ke THS (Technische Hoogeschool atau sekolah Tekhnik Tinggi
yang sekarang menjadi ITB). Ia berhasil meraih gelar “Ir” pada 25 Mei 1926.
Kemudian,
beliau merumuskan ajaran Marhaenisme dan mendirikan PNI (Partai Nasional
lndonesia) pada 4 Juli 1927, dengan tujuan Indonesia Merdeka. Akibatnya,
Belanda, memasukkannya ke penjara Sukamiskin, Bandung pada 29 Desember 1929.
Dia dikategorikan sebagai tahanan yang berbahaya. Bahkan untuk mengisolasi
Soekarno agar tidak mendapat informasi dari luar, dia digabungkan dengan para
tahanan ‘elite’. Kelompok tahanan ini sebagian besar terdiri dari orang Belanda
yang terlibat korupsi, penyelewengan, atau penggelapan. Tentu saja, obrolan
dengan mereka tidak nyambung dengan Bung Karno muda yang sedang bersemangat
membahas perjuangan kemerdekaan.
Delapan bulan
kemudian baru disidangkan. Dalam pembelaannya berjudul Indonesia Menggugat,
beliau menunjukkan kemurtadan Belanda, bangsa yang mengaku lebih maju itu.
Pembelaannya
itu membuat Belanda makin marah. Sehingga pada Juli 1930, PNI pun dibubarkan.
Setelah bebas pada tahun 1931, Soekarno bergabung dengan Partindo dan sekaligus
memimpinnya. Akibatnya, beliau kembali ditangkap Belanda dan dibuang ke Ende,
Flores, tahun 1933. Empat tahun kemudian dipindahkan ke Bengkulu.
Setelah melalui
perjuangan yang cukup panjang, Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan
kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Dalam sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945,
Ir.Soekarno mengemukakan gagasan tentang dasar negara yang disebutnya
Pancasila. Tanggal 17 Agustus 1945, Ir Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia. Dalam sidang PPKI, 18 Agustus 1945 Ir.Soekarno terpilih
secara aklamasi sebagai Presiden Republik Indonesia yang pertama.
Sebelumnya,
beliau juga berhasil merumuskan Pancasila yang kemudian menjadi dasar
(ideologi) Negara Kesatuan Republik Indonesia. Beliau berupaya mempersatukan
nusantara. Bahkan Soekarno berusaha menghimpun bangsa-bangsa di Asia, Afrika,
dan Amerika Latin dengan Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 1955 yang
kemudian berkembang menjadi
Pemberontakan
G-30-S/PKI melahirkan krisis politik hebat yang menyebabkan penolakan MPR atas
pertanggungjawabannya. Sebaliknya MPR mengangkat Soeharto sebagai
Pejabat Presiden. Saat-saat diasingkan di Istana Bogor selepas G-30S/PKI,
Soekarno membunuh waktunya dengan mengiventarisir musik-musik keroncong yang
dulu populer tahun 1930an dan kemudian menghilang. Atas kerja kerasnya dan
beberapa seniman keroncong, Soekarno berhasil menyelamatkan beberapa karya
keroncong. Setlah itu Kesehatannya terus memburuk, yang pada hari Minggu,
21 Juni 1970 ia meninggal dunia di RSPAD. Ia disemayamkan di Wisma Yaso,
Jakarta dan dimakamkan di Blitar, Jatim di dekat makam ibundanya, Ida Ayu
Nyoman Rai. Pemerintah menganugerahkannya sebagai “Pahlawan Proklamasi”.
Kata Kata Bijak
Soekarno
1.
Kita
bangsa besar, kita bukan bangsa tempe. Kita tidak akan mengemis, kita tidak
akan minta-minta apalagi jika bantuan-bantuan itu diembel-embeli dengan syarat
ini syarat itu ! Lebih baik makan gaplek tetapi merdeka, dari pada makan bestik
tetapi budak. [Pidato HUT Proklamasi, 1963]
2.
Bangsa
yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya. (Pidato Hari
Pahlawan 10 Nop.1961)
3.
Perjuanganku
lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena
melawan bangsamu sendiri.
4.
Jadikan
deritaku ini sebagai kesaksian, bahwa kekuasaan seorang presiden sekalipun ada
batasnya. Karena kekuasaan yang langgeng hanyalah kekuasaan rakyat. Dan diatas
segalanya adalah kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.
5.
Apabila
di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat suatu
kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia
dengan kemajuan selangkah pun.
6.
Bangsa
yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak dapat
berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka.
7.
Bangunlah
suatu dunia di mana semua bangsa hidup dalam damai dan persaudaraan
8.
Janganlah
mengira kita semua sudah cukup berjasa dengan segi tiga warna. Selama masih ada
ratap tangis di gubuk-gubuk pekerjaan kita selesai ! Berjuanglah terus dengan
mengucurkan sebanyak-banyak keringat.
9.
Berikan
aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 1
pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia
10.
Tidak
seorang pun yang menghitung-hitung: berapa untung yang kudapat nanti dari
Republik ini, jikalau aku berjuang dan berkorban untuk mempertahankannya
11.
Janganlah
melihat ke masa depan dengan mata buta! Masa yang lampau adalah berguna sekali
untuk menjadi kaca bengala dari pada masa yang akan datang.
H.Moh.Soeharto (Presiden kedua Republik Indonesia)
Bapak Pembangunan
Nama Jenderal
Besar H. Moh. Soeharto Dikenal sebagai 'Bapak Pembangunan' dan juga
satu-satunya presiden Indonesia dengan masa jabatan terlama sekitar 32 tahun.
Pada zaman pemerintahannya Indonesia mengalami kemajuan pesat dibidang
pertanian. beliau merupakan Presiden kedua Republik Indonesia. Beliau lahir di
Kemusuk, Yogyakarta, tanggal 8 Juni 1921. Bapaknya bernama Kertosudiro seorang
petani yang juga sebagai pembantu lurah dalam pengairan sawah desa, sedangkan
ibunya bernama Sukirah. Soeharto masuk sekolah tatkala berusia delapan tahun,
tetapi sering pindah. Semula disekolahkan di Sekolah Desa (SD) Puluhan, Godean.
Lalu pindah ke SD Pedes, lantaran ibunya dan suaminya, Pak Pramono pindah
rumah, ke Kemusuk Kidul. Namun, Pak Kertosudiro lantas memindahkannya ke
Wuryantoro. Soeharto dititipkan di rumah adik perempuannya yang menikah dengan
Prawirowihardjo, seorang mantri tani. Sampai akhirnya terpilih menjadi prajurit
teladan di Sekolah Bintara, Gombong, Jawa Tengah pada tahun 1941. Beliau resmi menjadi
anggota TNI pada 5 Oktober 1945. Pada tahun 1947, Soeharto menikah dengan Siti
Hartinah seorang anak pegawai Mangkunegaran.
Perkawinan
Letkol Soeharto dan Siti Hartinah dilangsungkan tanggal 26 Desember 1947 di
Solo. Waktu itu usia Soeharto 26 tahun dan Hartinah 24 tahun. Mereka dikaruniai
enam putra dan putri; Siti Hardiyanti Hastuti, Sigit Harjojudanto, Bambang
Trihatmodjo, Siti Hediati Herijadi, Hutomo Mandala Putra dan Siti Hutami Endang
Adiningsih.
Jenderal Besar
H.M. Soeharto telah menapaki perjalanan panjang di dalam karir militer dan
politiknya. Di kemiliteran, Pak Harto memulainya dari pangkat sersan tentara
KNIL, kemudian komandan PETA, komandan resimen dengan pangkat Mayor dan
komandan batalyon berpangkat Letnan Kolonel.
Serangan Umum 1
Maret 1949 tidak menjadi salah satu catatan penting saat Republik ini baru
mulai berdiri setelah lepas dari penjajahan Belanda. Peran Letkol Soeharto
tentu tidak bisa dipisahkan dalam perang untuk merebut kembali Ibu Kota
Republik Indonesia, Yogyakarta. Tujuan utama tentu untuk menaklukkan pasukan
Belanda serta membuktikan pada dunia Tentara Nasional Indonesia (TNI) masih
mempunyai kekuatan untuk mengadakan perlawanan. Alhasil Serangan Umum 1 Maret
bisa menunjukkan kepada dunia internasional bahwa TNI masih ada.
Pada tahun 1949, dia berhasil memimpin pasukannya merebut kembali kota Yogyakarta dari tangan penjajah Belanda saat itu. Beliau juga pernah menjadi Pengawal Panglima Besar Sudirman. Selain itu juga pernah menjadi Panglima Mandala (pembebasan Irian Barat).
Tanggal 1 Oktober 1965, meletus G-30-S/PKI. Soeharto mengambil alih pimpinan Angkatan Darat yang kemudian mulai melakukan perintah untuk mengendalikan situasi negara yang saat itu sangat kacau karena adanya kudeta oleh PKI. Selain dikukuhkan sebagai Pangad, Jenderal Soeharto ditunjuk sebagai Pangkopkamtib oleh Presiden Soekarno. Bulan Maret 1966, Jenderal Soeharto menerima surat yang paling terkenal yaitu "Supersemar" atau Surat Perintah 11 Maret dari Presiden Soekarno. Tugasnya, mengembalikan keamanan dan ketertiban serta mengamankan ajaran-ajaran Pemimpin Besar Revolusi Bung Karno.
Karena situasi politik yang memburuk setelah meletusnya G-30-S/PKI, Sidang Istimewa MPRS, Maret 1967, menunjuk Pak Harto sebagai Pejabat Presiden, dikukuhkan selaku Presiden RI Kedua, Maret 1968. Pak Harto memerintah lebih dari tiga dasa warsa lewat enam kali Pemilu, sampai ia mengundurkan diri, 21 Mei 1998 dimana pada tahun tersebut terkenal dengan Tahun Reformasi.
Kembali pada awal awal pemerintahnnya, Presiden Soeharto memulai "Orde Baru" dalam dunia politik Indonesia dan secara dramatis mengubah kebijakan luar negeri dan dalam negeri dari jalan yang ditempuh Soekarno pada akhir masa jabatannya. Salah satu kebijakan pertama yang dilakukannya adalah mendaftarkan Indonesia menjadi anggota PBB lagi. Indonesia pada tanggal 19 September 1966 mengumumkan bahwa Indonesia "bermaksud untuk melanjutkan kerjasama dengan PBB dan melanjutkan partisipasi dalam kegiatan-kegiatan PBB", dan menjadi anggota PBB kembali pada tanggal 28 September 1966, tepat 16 tahun setelah Indonesia diterima pertama kalinya.
Pada tahap
awal, Soeharto menarik garis yang sangat tegas. Orde Lama atau Orde Baru.
Pengucilan politik - di Eropa Timur sering disebut lustrasi - dilakukan terhadap
orang-orang yang terkait dengan Partai Komunis Indonesia. Sanksi kriminal
dilakukan dengan menggelar Mahkamah Militer Luar Biasa untuk mengadili pihak
yang dikonstruksikan Soeharto sebagai pemberontak. Pengadilan digelar dan
sebagian dari mereka yang terlibat "dibuang" ke Pulau Buru. Program
pemerintah Soeharto diarahkan pada upaya penyelamatan ekonomi nasional,
terutama stabilisasi dan rehabilitasi ekonomi. Yang dimaksud dengan stabilisasi
ekonomi berarti mengendalikan inflasi agar harga barang-barang tidak melonjak
terus. Dan rehabilitasi ekonomi adalah perbaikan secara fisik sarana dan
prasarana ekonomi. Hakikat dari kebijakan ini adalah pembinaan sistem ekonomi
berencana yang menjamin berlangsungnya demokrasi ekonomi ke arah terwujudnya
masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
Program stabilsasi ini dilakukan dengan cara membendung laju inflasi. Dan pemerintah Orde Baru berhasil membendung laju inflasi pada akhir tahun 1967-1968, tetapi harga bahan kebutuhan pokok naik melonjak. Sesudah dibentuk Kabinet Pembangunan pada bulan Juli 1968, pemerintah mengalihkan kebijakan ekonominya pada pengendalian yang ketat terhadap gerak harga barang khususnya sandang, pangan, dan kurs valuta asing. Sejak saat itu ekonomi nasional relatif stabil
Setelah berhasil memulihkan kondisi politik bangsa Indonesia, maka langkah selanjutnya yang ditempuh pemerintah Orde Baru adalah melaksanakan pembangunan nasional. Pembangunan nasional yang diupayakan pemerintah waktu itu direalisasikan melalui Pembangunan Jangka pendek dan Pembangunan Jangka Panjang. Pambangunan Jangka Pendek dirancang melalui Pembangunan Lima Tahun (Pelita). Setiap Pelita memiliki misi pembangunan dalam rangka mencapai tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia. Sedangkan Pembangunan Jangka Panjang mencakup periode 25-30 tahun. Pembangunan nasional adalah rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa, dan Negara. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam upaya mewujudkan tujuan nasional yang tertulis dalam pembukaan UUD 1945.
Pada masa orde baru, pemerintah menjalankan kebijakan yang tidak mengalami perubahan terlalu signifikan selama 32 tahun. Dikarenakan pada masa itu pemerintah sukses menghadirkan suatu stablilitas politik sehingga mendukung terjadinya stabilitas ekonomi. Karena hal itulah maka pemerintah jarang sekali melakukan perubahan-perubahan kebijakan terutama dalam hal anggaran negara. Pada masa pemerintahan orde baru, kebijakan ekonominya berorientasi kepada pertumbuhan ekonomi. Kebijakan ekonomi tersebut didukung oleh kestabilan politik yang dijalankan oleh pemerintah. Hal tersebut dituangkan ke dalam jargon kebijakan ekonomi yang disebut dengan Trilogi Pembangungan, yaitu stabilitas politik, pertumbuhan ekonomi yang stabil, dan pemerataan pembangunan.
Di akhir pemerintahnnya yaitu pada tahun 1998 dimana masa tersebut merupakan masa kelam bagi Presiden Soeharto dan masuknya masa reformasi bagi Indonesia, Dengan besarnya demonstrasi yang dilakukan oleh Mahasiswa serta rakyat yang tidak puas akan kepemimpinan Soeharto serta makin tidak terkendalinya ekonomi serta stabilitas politik Indonesia maka pada tanggal 21 Mei 1998 pukul 09.05 WIB Pak Harto membacakan pidato "pernyataan berhenti sebagai presiden RI” setelah runtuhnya dukungan untuk dirinya.
Jendral Besar H
M. Soeharto telah menjadi presiden Indonesia selama 32 tahun. Sebelum dia
mundur, Indonesia mengalami krisis politik dan ekonomi dalam 6 sampai 12 bulan
sebelumnya. Kejatuhan Suharto juga menandai akhir masa Orde Baru, suatu rezim yang
berkuasa sejak tahun 1968.
Presiden RI Kedua H.M Soeharto wafat pada pukul 13.10 WIB Minggu, 27 Januari 2008. Jenderal Besar yang oleh MPR dianugerahi penghormatan sebagai Bapak Pembangunan Nasional, itu meninggal dalam usia 87 tahun setelah dirawat selama 24 hari (sejak 4 sampai 27 Januari 2008) di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Jakarta. Berita wafatnya Pak Harto pertama kali diinformasikan Kapolsek Kebayoran Baru, Kompol. Dicky Sonandi, di Jakarta, Minggu (27/1). Kemudian secara resmi Tim Dokter Kepresidenan menyampaikan siaran pers tentang wafatnya Pak Harto tepat pukul 13.10 WIB Minggu, 27 Januari 2008 di RSPP Jakarta akibat kegagalan multi organ.
Presiden RI Kedua H.M Soeharto wafat pada pukul 13.10 WIB Minggu, 27 Januari 2008. Jenderal Besar yang oleh MPR dianugerahi penghormatan sebagai Bapak Pembangunan Nasional, itu meninggal dalam usia 87 tahun setelah dirawat selama 24 hari (sejak 4 sampai 27 Januari 2008) di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Jakarta. Berita wafatnya Pak Harto pertama kali diinformasikan Kapolsek Kebayoran Baru, Kompol. Dicky Sonandi, di Jakarta, Minggu (27/1). Kemudian secara resmi Tim Dokter Kepresidenan menyampaikan siaran pers tentang wafatnya Pak Harto tepat pukul 13.10 WIB Minggu, 27 Januari 2008 di RSPP Jakarta akibat kegagalan multi organ.
Kemudian sekira pukul 14.40, jenazah mantan Presiden Soeharto diberangkatkan dari RSPP menuju kediaman di Jalan Cendana nomor 8, Menteng, Jakarta. Di sepanjang jalan Tanjung dan Jalan Cendana ribuan masyarakat menyambut kedatangan iringan kendaraan yang membawa jenazah Pak Harto. Isak tangis warga pecah begitu rangkaian kendaraan yang membawa jenazah mantan Presiden Soeharto memasuki Jalan Cendana.
Jika direnungkah banyak jasa-jasa besar yang dilakukan Soeharto untuk pembangunan dan perkembangan Indonesia dimata dunia Internasional, sebagan rakyat yang pernah hidup di zaman Presiden Soeharto menganggap zaman Soeharto merupakan zaman keemasan ndonesia, karena harga-harga kebutuhan pokok yang murah dimasa itu yang berbanding terbalik dengan zaman sekarang ini, pertumbuhan ekonomi yang stabil, Presiden Soeharto berhasil merubah wajah Indonesia yang awalnya menjadi negara pengimpor beras menjadi negara swasembada beras dan turut mensejahterahkan petani. Sektor pembangunan dimasa Presiden Soeharto dianggap paling maju melalui Repelita I sampai Repelita VI.
Keamanan dan kestabilan negara yang terjamin serta menciptakan kesadaran nasionalisme yang tinggi pada masanya. Di bidang kesehatan, upaya meningkatkan kualitas bayi dan masa depan generasi ini dilakukan melalui program kesehatan di posyandu dan KB, sebuah upaya yang mengintegrasikan antara program pemerintah dengan kemandirian masyarakat. Di jamannya, program ini memang sangat populer dan berhasil. Banyak ibu berhasil dan peduli atas kebutuhan balita mereka di saat paling penting dalam periode pertumbuhannya. itulah sekelumit jasa-jasa atau prestasi dari presiden Soeharto meskipun disamping jasa-jasanya tersebut banyak juga kegagalan di pemerintahannya seperti Korupsi, Kolusi dan Nepotisme di masanya, pembangunan yang tidak merata antara pusat dan daerah sehingga memunculkan kecemburuan dari daerah seperti Papua.
BJ Habibie (Presiden ketiga Republik Indonesia)
Bapak Teknologi dan Demokrasi Indonesia
Nama lengkapnya
Badaruddin Jusuf Habibie Dimasa kecil,
Habibie telah menunjukkan kecerdasan dan semangat tinggi pada ilmu pengetahuan
dan teknologi khususnya Fisika. Selama enam bulan, ia kuliah di Teknik
Mesin Institut
Teknologi Bandung (ITB),
dan dilanjutkan ke Rhenisch Wesfalische Tehnische Hochscule – Jerman pada 1955.
Dengan dibiayai oleh ibunya, R.A. Tuti Marini Puspowardoyo, Habibie muda
menghabiskan 10 tahun untuk menyelesaikan studi S-1 hingga S-3 di
Aachen-Jerman.
Berbeda dengan
rata-rata mahasiswa Indonesia yang mendapat beasiswa di luar negeri, kuliah
Habibie (terutama S-1 dan S-2) dibiayai langsung oleh Ibunya yang melakukan
usaha catering dan indekost di Bandung setelah ditinggal pergi suaminya (ayah
Habibie). Habibie mengeluti bidang Desain dan Konstruksi Pesawat di Fakultas
Teknik Mesin. Selama lima tahun studi di Jerman akhirnya Habibie memperoleh
gelar Dilpom-Ingenenieur atau diploma teknik (catatan : diploma teknik di
Jerman umumnya disetarakan dengan gelar Master/S2 di negara lain) dengan
predikat summa cum laude.
Pak Habibie
melanjutkan program doktoral setelah menikahi teman SMA-nya, Ibu Hasri Ainun
Besari pada tahun 1962. Bersama dengan istrinya tinggal di Jerman, Habibie
harus bekerja untuk membiayai biaya kuliah sekaligus biaya rumah tangganya.
Habibie mendalami bidang Desain dan Konstruksi Pesawat Terbang. Tahun 1965, Habibie
menyelesaikan studi S-3 nya dan mendapat gelar Doktor Ingenieur (Doktor Teknik)
dengan indeks prestasi summa cum laude.
Selama menjadi
mahasiswa tingkat doktoral, BJ Habibie sudah mulai bekerja untuk menghidupi
keluarganya dan biaya studinya. Setelah lulus, BJ Habibie bekerja di
Messerschmitt-Bölkow-Blohm atau MBB Hamburg (1965-1969 sebagai Kepala
Penelitian dan Pengembangan pada Analisis Struktrur Pesawat Terbang, dan
kemudian menjabat Kepala Divisi Metode dan Teknologi pada industri pesawat terbang
komersial dan militer di MBB (1969-1973). Atas kinerja dan kebriliannya, 4
tahun kemudian, ia dipercaya sebagai Vice President sekaligus
Direktur Teknologi di MBB periode 1973-1978 serta menjadi Penasihast Senior
bidang teknologi untuk Dewan Direktur MBB (1978 ). Dialah menjadi
satu-satunya orang Asia yang berhasil menduduki jabatan nomor dua di perusahaan
pesawat terbang Jerman ini.
Sebelum
memasuki usia 40 tahun, karir Habibie sudah sangat cemerlang, terutama dalam
desain dan konstruksi pesawat terbang. Habibie menjadi “permata” di negeri
Jerman dan iapun mendapat “kedudukan terhormat”, baik secara materi maupun
intelektualitas oleh orang Jerman. Selama bekerja di MBB Jerman, Habibie
menyumbang berbagai hasil penelitian dan sejumlah teori untuk ilmu pengetahuan
dan teknologi dibidang Thermodinamika, Konstruksi dan Aerodinamika. Beberapa
rumusan teorinya dikenal dalam dunia pesawat terbang seperti “Habibie Factor“,
“Habibie Theorem” dan “Habibie Method“.
Pada 1974 di
usia 38 tahun, BJ Habibie pulang ke tanah air. Iapun diangkat menjadi
penasihat pemerintah di bidang teknologi pesawat terbang dan teknologi tinggi
hingga tahun 1978. Meskipun demikian dari tahun 1974-1978, Habibie masih sering
pulang pergi ke Jerman karena masih menjabat sebagai Vice Presiden dan Direktur
Teknologi di MBB.
Habibie mulai
benar-benar fokus setelah ia melepaskan jabatan tingginya di Perusahaan Pesawat
Jerman MBB pada 1978. Dan sejak itu, dari tahun 1978 hingga 1997, ia
diangkat menjadi Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek)
sekaligus merangkap sebagai Ketua Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Disamping itu Habibie juga diangkat sebagai Ketua Dewan Riset Nasional dan
berbagai jabatan lainnya.
Tiga tahun
setelah kepulangan ke Indonesia, Habibie (usia 41 tahun) mendapat gelar
Profesor Teknik dari ITB. Selama 20 tahun menjadi Menristek, akhirnya pada
tanggal 11 Maret 1998, Habibie terpilih sebagai Wakil Presiden RI ke-7 melalui
Sidang Umum MPR. Di masa itulah krisis ekonomi (krismon) melanda kawasan Asia
termasuk Indonesia. Nilai tukar rupiah terjun bebas dari Rp 2.000 per dolar AS
menjadi Rp 12.000-an per dolar. Utang luar negeri jatuh tempo sehinga
membengkak akibat depresiasi rupiah. Hal ini diperbarah oleh perbankan swasta
yang mengalami kesulitan likuiditas. Inflasi meroket diatas 50%, dan
pengangguran mulai terjadi dimana-mana.
Pada saat
bersamaan, kebencian masyarakat memuncak dengan sistem orde baru yang sarat
Korupsi, Kolusi, Nepotisme yang dilakukan oleh kroni-kroni Soeharto (pejabat,
politisi, konglomerat). Selain KKN, pemerintahan Soeharto tergolong otoriter,
yang menangkap aktivis dan mahasiswa vokal.
Dipicu
penembakan 4 orang mahasiswa (Tragedi Trisakti) pada 12 Mei 1998,
meletuslah kemarahan masyarakat terutama kalangan aktivis dan mahasiswa pada
pemerintah Orba. Pergerakan mahasiswa, aktivis, dan segenap masyarakat pada
12-14 Mei 1998 menjadi momentum pergantian rezim Orde Baru pimpinan Pak Hato.
Dan pada 21 Mei 1998, Presiden Soeharto terpaksa mundur dari jabatan Presiden
yang dipegangnya selama lebih kurang 32 tahun. Selama 32 tahun itulah,
pemerintahan otoriter dan sarat KKN tumbuh sumbur. Selama 32 tahun itu pula,
banyak kebenaran yang dibungkam. Mulai dari pergantian Pemerintah Soekarno (dan
pengasingan Pres Soekarno), G30S-PKI, Supersemar, hingga dugaan konspirasi
Soeharto dengan pihak Amerika dan sekutunya yang mengeruk sumber kekayaan alam
oleh kaum-kaum kapitalis dibawah bendera korpotokrasi (termasuk CIA, Bank Duni,
IMF dan konglomerasi).
Soeharto
mundur, maka Wakilnya yakni BJ Habibie pun diangkat menjadi Presiden RI ke-3
berdasarkan pasal 8 UUD 1945. Namun, masa jabatannya sebagai presiden hanya
bertahan selama 512 hari. Meski sangat singkat, kepemimpinan Presiden Habibie
mampu membawa bangsa Indonesia dari jurang kehancuran akibat krisis. Presiden
Habibie berhasil memimpin negara keluar dari dalam keadaan ultra-krisis,
melaksanankan transisi dari negara otorian menjadi demokrasi. Sukses
melaksanakan pemilu 1999 dengan multi parti (48 partai), sukses membawa
perubahan signifikan pada stabilitas, demokratisasi dan reformasi di Indonesia.
Habibie
merupakan presiden RI pertama yang menerima banyak penghargaan terutama di
bidang IPTEK baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Jasa-jasanya dalam
bidang teknologi pesawat terbang mengantarkan beliau mendapat gelar Doktor
Kehormatan (Doctor of Honoris Causa) dari berbagaai Universitas terkemuka dunia,
antara lain Cranfield Institute of Technology dan Chungbuk University.
Selama masa
pengabdiannya di Indonesia, Habibie memegang 47 jabatan penting seperti :
Direkur Utama (Dirut) PT. Industri Pesawat Terbang Nasional (IPTN), Dirut PT
Industri Perkapalan Indonesia (PAL), Dirut PT Industri Senjata Ringan (PINDAD),
Kepala Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam, Kepala BPPT, Kepala
BPIS, Ketua ICMI, dan masih banyak lagi.
Ketika mendapat
amanah menjadi Presiden RI ke-3, kondisi ekonomi, sosial, stabilitas politik,
keamanan di Indonesia berada di ujung tanduk “revolusi”. Dengan mengambil
kebijakan yang salah serta pengelolaan ekonomi yang tidak tepat, maka Indonesia
1998 berpotensi masuk dalam era “chaos” ataupun revolusi berdarah. (catatan
: perlu diingat bahwa reformasi 1998 menelan ratusan bahkan ribuan korban
pembunuhan dan pemerkosaan serta serangkaian kerusuhan, penjarahan,
pembakaran, yang terutama ditujukan pada etnis Tionghoa).
Belajar dari
kesalahan presiden pendahulunya, Jenderal Soeharto, Presiden Habibie memimpin
Indonesia dengan cermat, cepat, telaten, rasional dan reformis. Habibie
menunjukkan perhatiannya terhadap keinginan bangsa untuk lebih mengerti dan
menerapkan prinsip umum demokrasi. Perhatiannya didasarkan pada pengamatan
Habibie pada pemerintahan Orde Lama dan sebagai pejabat pada masa Orde Baru,
dimana telah mengarahkan beliau untuk mempelajari situasi yang ada. Melalui
proses yang sistematik, menyeluruh, dan menyatu, Habibie mengembangkan sebuah
konsep yang lebih jelas, sebuah pengejewantahan dari proaktif dan prediksi
preventive atas interpretasi dari demokrasi sebagai sebuah mesin politik.
Konsep ini kemudian diimplementasikan dalam berbagai agenda politik, ekonomi,
hukum dan keamanan seperti:
·
Kebebasan
multi partai dalam pemilu (UU 2 tahun 1999)
·
Undang
Undang anti monopoli (UU 5 tahun 1999)
·
Kebijakan
Independensi BI agar bebas dari pengaruh Presiden (UU 23 tahun 1999)
·
Kebebasan
berkumpul dan berbicara, (selanjutnya masyarakat lebih mengenal istilah
demonstrasi)
·
Pengakuan
Hak Asasi Manusia (UU 39 tahun 1999)
·
Kebebasan
pers dan media,
·
Usaha
usaha menciptakan pemerintahan yang efektif dan efisien yang bebas dari
korupsi, kolusi, dan nepotisme atau dengan kata lain adalah pemerintahan yang
baik dan bersih. (Membuat UU Pemberantasan Tindak Korupsi pada tahun 1999)
·
Penghormatan
terhadap badan badan hukum dan berbagai institusi lainnya yang dibentuk atas prinsip
demokrasi;
·
Pembebasan
tahanan-tahanan politik tanpa syarat, (eg. Sri Bintang Pamungkas dan Muktar
Pakpahan)
·
Pemisahan
Kesatuan Polisi dari Angkatan Bersenjata.
Dalam waktu
yang relatif singkat sebagai Presiden RI, Habibie telah memelihara pandangan modern
beliau dalam demokrasi dan mengimplementasikannya dalam setiap proses pembuatan
keputusan. Komitmen beliau terhadap demokrasi adalah nyata. Ketika MPR,
institusi tertinggi di Indonesia yang memiliki wewenang untuk memilih Presiden
dan Wakil Presiden, menolak pidato pertanggung-jawaban Habibie (masalah
referendum Timor-Timur), Habibie secara berani mengundurkan diri dari
pemilihan Presiden yang baru pada tahun 1999. Beliau melakukan ini, selain
penolakan MPR atas pidatonya tidak mengekang beliau untuk terus ikut serta
dalam pemilihan, dan keyakinan dari pendukung beliau bahwa beliau akan tetap
bisa unggul dari kandidat Presiden lainnya, karena yakin bahwa sekali pidatonya
ditolak oleh MPR akan menjadi tidak etis baginya untuk terus ikut dalam
pemilihan. Keputusan ini juga dimaksudkan sebagai pendidikan politik dari arti
sebuah demokrasi.
Sejak era
reformasi 1998, tampaknya hanya Habibie yang menjadi presiden yang benar-benar
sukses mengelola ekonomi dengan baik. Dalam kondisi yang amburadul, kacau balau
baik dalam bidang ekonomi, politik, sosial dan tiada hari tanpa demonstrasi,
Habibie mampu membawa ekonomi Indonesia yang lebih baik.
Meskipun
Presiden Singapura Lee Kuan Yeew berusaha mendiskritkan kemampuan Habibie untuk
memimpin Indonesia, toh Habibie menunjukkan bukti. Ketika banyak orang yang
menyangsikan bahwa Habibie mampu bertahan selama 3 hari sebagai Presiden, namun
semua dapat dilalui. Lalu, pihak-pihak yang tidak suka dengan Habibie pun
menyampaikan opini bahwa Habibie tidak mampu bertahan lebih dari 100 hari.
Sekali lagi, Habibie membuktikan bahwa ia mampu memimpin Indonesia dalam
kondisi kritis.
Dari nilai
tukar rupiah Rp 15000 per dollar diawal jabatannya, Habibie mampu membawa nilai
tukar rupiah ke posisi Rp 7000 per dollar. Ketika inflasi mencapai 76% pada
periode Januari-September 1998, setahun kemudian Habibie mampu mengendalikan
harga barang dan jasa dengan kenaikan 2% pada periode Januari-September 1999.
Indeks IHSG naik dari 200 poin menjadi 588 poin setelah 17 bulan memimpin.
Tentu, indikator-indikator kesuksesan ekonomi era Habibie tidak dapat diikuti
dengan baik oleh masa pemerintah Megawati maupun SBY.
Disisi lain,
Habibie masih sangat mempercayai tokoh-tokoh Orba duduk di kabinetnya, padahal
masyarakat menuntut reformasi. Dan tampaknya, Habibie memang menempatkan
dirinya sebagai Presiden Transisi, bukan Presiden yang Reformis.
Selain memiliki
kecerdasan yang tinggi (mungkin orang terjenius dari Indonesia), Habibie
dikenal sebagai cendekiawan muslim yang taat sekaligus reformis. Dalam
menghadapi berbagai kesulitan, Habibie tidak luput dari do’a dan sholat untuk
mendapat petunjuk atau ilham. Mendapat jabatan sebagai Presiden bagi Habibie
merupakan amanah dan titipan dari Allah untuk mengabdi dengan sepenuh hati.
Meskipun tidak
terjun dalam dunia politik dan kekuasaan, Habibie tetap memberikan sumbangsih
kepada bangsa Indonesia dengan mendirikan The Habibie Centre pada 10 November
1999.Habibie Center merupakan organisasi yang berusaha memajukan proses
modernisasi dan demokratisasi di Indonesia yang didasarkan pada moralitas dan
integritas budaya dan nilai-nilai agama. Ada dua misi utama Habibie centre
yakni (1) menciptakan masyarakat demokratis secara kultural dan
struktural yang mengakui, menghormati dan menjunjung tinggi hak asasi manusia,
serta mengkaji dan mengangkat isu-isu perkembangan demokrasi dan hak asasi
manusia, dan (2) memajukan dan meningkatkan pengelolaan sumber daya manusia dan
usaha sosialisasi teknologi. Beberapa kegiatan yang dikenal luas oleh
masyarakat dari Habibie Centre yakni seminar, pemberian beasiswa dalam dan luar
negeri, Habibie Award serta diskusi mengenai peningkatan SDM maupun IPTEK.
Selain
mendirian The Habibie Centre, Habibie juga berjasa dalam pendirian Ikatan
Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) pada 7 Desember 1990 atas persetujuan
Soeharto. ICMI merupakan wahana menampung cendekiawan-cendekiawan muslim untuk
bersama-sama berkontribusi bagi bangsa dan masyarakat. Pada awalnya, ICMI
didirikan untuk menampung aspirasi pengusaha non-China yang benci akan
kekayaan dan pengaruh dari keluarga etnis China yang kaya. ICMI mempunyai bank
sendiri dan koran harian yang diberi nama Republika. Banyak umat muslim yang
ikut terdaftar dalam keanggotaan ICMI termasuk cendekiawan pengkritik
pemerintah Soeharto yakni (Alm) Prof. Nurcholish Majid dan Prof. Amien Rais.
KH. Abdurrahman Wahid (Presiden keempat Republik
Indonesia0
Bapak Demokrasi-Pluralisme
Presiden Kiai
Haji Abdurrahman Wahid atau dikenal sebagai Gus Dur lahir di Jombang, Jawa
Timur, pada 7 September 1940. Gus Dur adalah putra pertama dari enam bersaudara
dari keluarga yang sangat terhormat dalam komunitas Muslim Jawa Timur. Kakek
dari ayahnya adalah K.H. Hasyim Asyari, pendiri Nahdlatul
Ulama (NU), sementara kakek dari pihak ibu, K.H. Bisri Syansuri,
adalah pengajar pesantren pertama yang mengajarkan kelas pada perempuan.
Ayah Gus Dur, K.H. Wahid Hasyim, terlibat dalam Gerakan Nasionalis dan menjadi
Menteri Agama tahun 1949. Ibunya, Ny. Hj. Sholehah, adalah putri pendiri Pondok
Pesantren Denanyar Jombang. Selain Gus Dur, adiknya Gus Dur juga merupakan
sosok tokoh nasional.
Berdasarkan
silsilah keluarga, Gus Dur mengaku memiliki darah Tionghoa yakni dari keturunan
Tan Kim Han yang menikah dengan Tan A Lok, saudara kandung Raden Patah (Tan Eng
Hwa), pendiri Kesultanan Demak. Tan A Lok dan Tan Eng Hwa merupakan anak dari
Putri Campa, puteri Tiongkok yang merupakan selir Raden Brawijaya V (Suara Merdeka, 22 Maret 2004).
Gus Dur sempat
kuliah di Universitas Al Azhar di Kairo-Mesir (tidak selesai) selama 2 tahun
dan melanjutkan studinya di Universitas Baghdad-Irak. Selesai masa studinya,
Gus Dur pun pulang ke Indonesia dan bergabung dengan Lembaga Penelitian,
Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) pada 1971. Gus Dur terjun
dalam dunia jurnalistik sebagai kaum ‘cendekiawan’ muslim yang progresif yang
berjiwa sosial demokrat. Pada masa yang sama, Gus Dur terpanggil untuk
berkeliling pesantren dan madrasah di seluruh Jawa. Hal ini dilakukan
demi menjaga agar nilai-nilai tradisional pesantren tidak tergerus, pada saat
yang sama mengembangkan pesantren. Hal ini disebabkan pada saat itu,
pesantren berusaha mendapatkan pendanaan dari pemerintah dengan cara mengadopsi
kurikulum pemerintah.
Karir KH
Abdurrahman Wahid terus merangkak dan menjadi penulis nuntuk majalah Tempo dan
koran Kompas. Artikelnya diterima dengan baik dan ia mulai mengembangkan
reputasi sebagai komentator sosial. Dengan popularitas itu, ia mendapatkan
banyak undangan untuk memberikan kuliah dan seminar, membuat dia harus
pulang-pergi antara Jakarta dan Jombang, tempat Wahid tinggal bersama
keluarganya.
Meskipun
memiliki karir yang sukses pada saat itu, Gus Dur masih merasa sulit
hidup hanya dari satu sumber pencaharian dan ia bekerja untuk mendapatkan
pendapatan tambahan dengan menjual kacang dan mengantarkan es untuk digunakan
pada bisnis Es Lilin istrinya (Barton.2002.Biografi Gus Dur,
LKiS, halaman 108)
Sakit Bukan
Menjadi Penghalang Mengabdi
Pada Januari
1998, Gus Dur diserang stroke dan berhasil diselamatkan oleh tim dokter. Namun,
sebagai akibatnya kondisi kesehatan dan penglihatan Presiden RI ke-4 ini
memburuk. Selain karena stroke, diduga masalah kesehatannya juga
disebabkan faktor keturunan yang disebabkan hubungan darah yang erat diantara
orangtuanya.
Dalam keterbatasan
fisik dan kesehatnnya, Gus Dur terus mengabdikan diri untuk masyarakat
dan bangsa meski harus duduk di kursi roda. Meninggalnya Gus Dur pada 30
Desember 2009 ini membuat kita kehilangan sosok guru bangsa. Seorang tokoh
bangsa yang berani berbicara apa adanya atas nama keadilan dan kebenaran dalam
kemajemukan hidup di nusantara.
Selama
hidupnya, Gus Dur mengabdikan
dirinya demi bangsa. Itu terwujud dalam pikiran dan tindakannya hampir dalam
sisi dimensi eksistensinya. Gus Dur lahir dan besar di tengah suasana keislaman
tradisional yang mewataki NU, tetapi di kepalanya berkobar pemikiran modern.
Bahkan dia dituduh terlalu liberal dalam pikiran tentang keagamaan. Pada masa
Orde Baru, ketika militer sangat ditakuti, Gus Dur pasang badan melawan dwi
fungsi ABRI. Sikap itu diperlihatkan ketika menjadi Presiden dia tanpa ragu
mengembalikan tentara ke barak dan memisahkan polisi dari tentara.
Setelah tidak
lagi menjabat presiden, Gus Dur kembali ke kehidupannya semula. Kendati sudah
menjadi partisan, dalam kapasitasnya sebagai deklarator dan Ketua Dewan Syuro
PKB, ia berupaya kembali muncul sebagai Bapak Bangsa. Seperti sosoknya sebelum
menjabat presiden. Meski ia pernah menjadi Ketua Umum Nahdlatul Ulama (NU),
sebuah organisasi Islam terbesar di Indonesia dengan anggota sekitar 38
juta orang. Namun ia bukanlah orang yang sektarian. Ia seorang negarawan. Tak
jarang ia menentang siapa saja bahkan massa pendukungnya sendiri dalam
menyatakan suatu kebenaran. Ia seorang tokoh muslim yang berjiwa
kebangsaan.
Dalam
komitmennya yang penuh terhadap Indonesia yang plural, Gus Dur muncul sebagai tokoh yang sarat
kontroversi. Ia dikenal sebagai sosok pembela yang benar. Ia berani
berbicara dan berkata yang sesuai dengan pemikirannya yang ia anggap benar,
meskipun akan berseberangan dengan banyak orang. Apakah itu kelompok minoritas
atau mayoritas. Pembelaannya kepada kelompok minoritas dirasakan sebagai suatu
hal yang berani. Reputasi ini sangat menonjol di tahun-tahun akhir era Orde
Baru. Begitu menonjolnya peran ini sehingga ia malah dituduh lebih dekat dengan
kelompok minoritas daripada komunitas mayoritas Muslim sendiri. Padahal ia
adalah seorang ulama yang oleh sebagian jamaahnya malah sudah dianggap sebagai
seorang wali.
Karir Organisasi NU
Pada awal
1980-an, Gus Dur terjun mengurus Nahdlatul Ulama (NU) setelah tiga kali
ditawarin oleh kakeknya. Dalam beberapa tahun, Gus Dur berhasil mereformasi
tubuh NU sehingga membuat namanya semakin populer di kalangan NU. Pada
Musyawarah Nasional 1984, Gus Dur didaulat sebagai Ketua Umum NU. Selama masa
jabatan pertamanya, Gus Dur fokus dalam mereformasi sistem pendidikan pesantren
dan berhasil meningkatkan kualitas sistem pendidikan pesantren sehingga dapat
menandingi sekolah sekular.
Selama memimpin
organisasi massa NU, Gus Dur dikenal kritis terhadap pemerintahan
Soeharto. Pada Maret 1992, Gus Dur berencana mengadakan Musyawarah Besar
untuk merayakan ulang tahun NU ke-66 dan mengulang pernyataan dukungan NU
terhadap Pancasila. Wahid merencanakan acara itu dihadiri oleh paling sedikit
satu juta anggota NU. Namun, Soeharto menghalangi acara tersebut, memerintahkan
polisi untuk mengembalikan bus berisi anggota NU ketika mereka tiba di Jakarta.
Akan tetapi, acara itu dihadiri oleh 200.000 orang. Setelah acara, Gus Dur
mengirim surat protes kepada Soeharto menyatakan bahwa NU tidak diberi
kesempatan menampilkan Islam yang terbuka, adil dan toleran.
Menjelang Munas
1994, Gus Dur menominasikan dirinya untuk masa jabatan ketiga. Mendengar hal
itu, Soeharto ingin agar Wahid tidak terpilih. Pada minggu-minggu sebelum
Munas, pendukung Soeharto, seperti Habibie dan Harmoko berkampanye melawan
terpilihnya kembali Gus Dur. Ketika musyawarah nasional diadakan, tempat
pemilihan dijaga ketat oleh ABRI dalam tindakan intimidasi. Terdapat juga usaha
menyuap anggota NU untuk tidak memilihnya. Namun, Gus Dur tetap terpilih
sebagai ketua NU untuk masa jabatan ketiga. Selama masa ini, Gus Dur memulai
aliansi politik dengan Megawati Soekarnoputri dari Partai Demokrasi Indonesia
(PDI). Megawati yang menggunakan nama ayahnya memiliki popularitas yang besar
dan berencana tetap menekan rezim Soeharto.
Menjadi Presiden RI ke-4
Pada Juni 1999,
partai PKB ikut serta dalam arena pemilu legislatif. PKB memenangkan 12% suara
dengan PDI-P memenangkan 33% suara. Dengan kemenangan partainya, Megawati
memperkirakan akan memenangkan pemilihan presiden pada Sidang Umum MPR. Namun,
PDI-P tidak memiliki mayoritas penuh, sehingga membentuk aliansi dengan PKB.
Pada Juli, Amien Rais membentuk Poros Tengah, koalisi partai-partai Muslim.
Poros Tengah mulai menominasikan Gus Dur sebagai kandidat ketiga pada pemilihan
presiden dan komitmen PKB terhadap PDI-P mulai berubah.
Pada 19 Oktober
1999, MPR menolak pidato pertanggungjawaban Habibie dan ia mundur dari
pemilihan presiden. Beberapa saat kemudian, Akbar Tanjung, ketua Golkar dan
ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyatakan Golkar akan mendukung Gus Dur.
Pada 20 Oktober 1999, MPR kembali berkumpul dan mulai memilih presiden baru.
Abdurrahman Wahid kemudian terpilih sebagai Presiden Indonesia ke-4 dengan 373
suara, sedangkan Megawati hanya 313 suara.
Tidak senang
karena calon mereka gagal memenangkan pemilihan, pendukung Megawati mengamuk
dan Gus Dur menyadari bahwa Megawati harus terpilih sebagai wakil presiden.
Setelah meyakinkan jendral Wiranto untuk tidak ikut serta dalam pemilihan wakil
presiden dan membuat PKB mendukung Megawati, Gus Dur pun berhasil meyakinkan
Megawati untuk ikut serta. Pada 21 Oktober 1999, Megawati ikut serta dalam
pemilihan wakil presiden dan mengalahkan Hamzah Haz dari PPP.
Pengabdian Sebagai Presiden RI ke-4
Pasca kejatuhan
rezim Orde Baru pada 1998, Indonesia mengalami ancaman disintegrasi kedaulatan
negara. Konflik meletus dibeberapa daerah dan ancaman separatis semakin nyata.
Menghadapi hal itu, Gus Dur melakukan pendekatan yang lunak terhadap
daerah-daerah yang berkecamuk. Terhadap Aceh, Gus Dur memberikan opsi
referendum otonomi dan bukan kemerdekaan seperti referendum Timor
Timur. Pendekatan yang lebih lembut terhadap Acehdilakukan
Gus Dur dengan mengurangi jumlah personel militer di Negeri Serambi Mekkah
tersebut. Netralisasi Irian Jaya, dilakukan Gus Dur pada 30
Desember 1999 dengan mengunjungi ibukota Irian Jaya. Selama kunjungannya,
Presiden Abdurrahman Wahid berhasil meyakinkan pemimpin-pemimpin Papua bahwa ia
mendorong penggunaan nama Papua.
Benar… Gus Dur
lah menjadi pemimpin yang meletak fondasi perdamaian Aceh. Pada pemerintahan
Gus Durlah, pembicaraan damai antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan Indonesia menjadi
terbuka. Padahal, sebelumnya, pembicaraan dengan GAM sesuatu yang tabu,
sehingga peluang perdamaian seperti ditutup rapat, apalagi jika sampai
mengakomodasi tuntutan kemerdekaan. Saat sejumlah tokoh nasional mengecam
pendekatannya untuk Aceh, Gus Dur tetap memilih menempuh cara-cara penyelesaian
yang lebih simpatik: mengajak tokoh GAM duduk satu meja untuk membahas
penyelesaian Aceh secara damai. Bahkan, secara rahasia, Gus Dur mengirim Bondan
Gunawan, Pjs Menteri Sekretaris Negara, menemui Panglima GAM Abdullah Syafii di
pedalaman Pidie. Di masa Gus Dur pula, untuk pertama kalinya tercipta Jeda
Kemanusiaan.
Selain usaha
perdamaaian dalam wadah NKRI, Gus Dur disebut sebagai pionir dalam mereformasi
militer agar keluar dari ruang politik. Dibidang pluralisme,
Gus Dur menjadi Bapak “Tionghoa” Indonesia. Dialah tokoh nasional yang
berani membela orang Tionghoa untuk mendapat hak yang sama sebagai warga
negara. Pada tanggal 10 Maret 2004, beberapa tokoh Tionghoa Semarang
memberikan penghargaan KH Abdurrahman Wahid sebagai “Bapak Tionghoa”. Hal ini
tidak lepas dari jasa Gus Dur mengumumkan bahwa Tahun Baru
Cina (Imlek) menjadi
hari libur opsional yang kemudian diperjuangkan menjadi Hari Libur Nasional.
Tindakan ini diikuti dengan pencabutan larangan penggunaan huruf Tionghoa. Dan
atas jasa Gus Dur pula akhirnya pemerintah mengesahkan Kongfucu sebagai agama
resmi ke-6 di Indonesia.
Selain berani
membela hak minoritas etnis Tionghoa, Gus Dur juga merupakan pemimpin tertinggi
Indonesia pertama yang menyatakan permintaan maaf kepada para keluarga PKI yang
mati dan disiksa (antara 500.000 hingga 800.000 jiwa) dalam gerakan
pembersihan PKI oleh pemerintahan Orde Baru. Dalam hal ini, Gus Dur memang
seorang tokoh pahlawan anti diskriminasi. Dia menjadi inspirator pemuka
agama-agama untuk melihat kemajemukan suku, agama dan ras di Indonesia sebagian
bagian dari kekayaan bangsa yang harus dipelihara dan disatukan sebagai
kekuatan pembangunan bangsa yang besar.
Dalam kapasitas
dan ‘ambisi’-nya, Presiden Abdurrahman Wahid sering melontarkan pendapat
kontroversial. Ketika menjadi Presiden RI ke-4, ia tak gentar mengungkapkan
sesuatu yang diyakininya benar kendati banyak orang sulit memahami dan bahkan
menentangnya. Kendati suaranya sering mengundang kontroversi, tapi suara itu
tak jarang malah menjadi kemudi arus perjalanan sosial, politik dan budaya ke
depan. Dia memang seorang yang tak gentar menyatakan sesuatu yang diyakininya
benar. Bahkan dia juga tak gentar menyatakan sesuatu yang berbeda dengan
pendapat banyak orang. Jika diselisik, kebenaran itu memang seringkali tampak
radikal dan mengundang kontroversi.
Kendati
pendapatnya tidak selalu benar — untuk menyebut seringkali tidak benar menurut
pandangan pihak lain — adalah suatu hal yang sulit dibantah bahwa banyak
pendapatnya yang mengarahkan arus perjalanan bangsa pada rel yang benar sesuai
dengan tujuan bangsa dalam Pembukaan UUD 1945. Bagi sebagian
orang, pemikiran-pemikiran Gus Dur sudah terlalu jauh melampui zaman. Ketika ia
berbicara pluralisme diawal diawal reformasi, orang-orang baru mulai menyadari
pentingnya semangat pluralisme dalam membangun bangsa yang beragam di saat ini.
Dan apabila
kita meniliki pada pemikirannya, maka akan kita dapatkan bahwa sebagian besar
pendapatnya jauh dari interes politik pribadi atau kelompoknya. Ia berani
berdiri di depan untuk kepentingan orang lain atau golongan lain yang
diyakninya benar. Malah sering seperti berlawanan dengan suara kelompoknya
sendiri. Juga bahkan ketika ia menjabat presiden, sepetinya jabatan itu tak
mampu mengeremnya untuk menyatakan sesuatu. Sepertinya, ia melupakan jabatan
politis yang empuk itu demi sesuatu yang diyakininya benar. Sehingga saat ia menjabat
presiden, banyak orang menganggapnya aneh karena sering kali melontarkan
pernyataan yang mengundang kontroversi.
Belum satu
bulan menjabat presiden, Gus Dur sudah mencetuskan pendapat yang memerahkan
kuping sebagian besar anggota DPR. Di hadapan sidang lembaga legislatif, yang
anggotanya segaligus sebagai anggota MPR, yang baru saja memilihnya
itu, Gus Dur menyebut para anggota legislatif itu seperti anak Taman
Kanak-Kanak.
Selama menjadi
Presiden RI itu, Gus Dur mendapat kritik karena seringnya melakukan kunjungan
ke luar negeri sehingga dijuliki “Presiden Pewisata“. Pada tahun 2000,
muncul dua skandal yang menimpa Presiden Gus Dur yaitu skandal Buloggate dan Bruneigate.
Pada bulan Mei 2000, BULOG melaporkan bahwa $4 juta menghilang dari persediaan
kas Bulog. Tukang pijit pribadi Gus Dur mengklaim bahwa ia dikirim oleh Gus Dur
ke Bulog untuk mengambil uang. Meskipun uang berhasil dikembalikan, musuh Gus
Dur menuduhnya terlibat dalam skandal ini. Pada waktu yang sama, Gus Dur juga
dituduh menyimpan uang $2 juta untuk dirinya sendiri. Uang itu merupakan
sumbangan dari Sultan Brunei untuk membantu di Aceh. Namun, Gus Dur gagal
mempertanggungjawabkan dana tersebut. Skandal ini disebut skandal Bruneigate.
Dua skandal
“Buloggate” dan “Brunaigate” menjadi senjata bagi para musuh politik Gus Dur
untuk menjatuhkan jabatan kepresidenannya. Pada 20 Juli, Amien Rais menyatakan
bahwa Sidang Istimewa MPR akan dimajukan pada 23 Juli. TNI menurunkan 40.000
tentara di Jakarta dan juga menurunkan tank yang menunjuk ke arah Istana Negara
sebagai bentuk penunjukan kekuatan. Gus Dur kemudian mengumumkan pemberlakuan
dekrit yang berisi (1) pembubaran MPR/DPR, (2) mengembalikan kedaulatan ke
tangan rakyat dengan mempercepat pemilu dalam waktu satu tahun, dan (3)
membekukan Partai Golkar sebagai bentuk perlawanan terhadap Sidang Istimewa
MPR. Namun dekrit tersebut tidak memperoleh dukungan dan pada 23 Juli, MPR
secara resmi memberhentikan Gus Dur dan menggantikannya dengan Megawati
Sukarnoputri.
Itulah akhir
perjalanan Gus Dur menjadi Presiden selama 20 bulan. Selama 20 bulan memimpin,
setidaknya Gus Dur telah membantu memimpin bangsa untuk berjalan menuju proses
reformasi yang lebih baik. Pemikiran dan kebijakannya yang tetap mempertahankan
NKRI dalam wadah kemajukan berdemokrasi sesuai dengan UUD 1945 dan Pancasila
merupakan jasa yang tidak terlupakan.
Hal-Hal Positif dari Gus Dur
Mantan Ketua
DPP PKB, Hermawi Taslim yang selama 10 tahun terakhir turut bersama Gus Dur
dalam segala aktivitasnya mengungkapkan tiga prinsip dalam hidup Gus Dur yang
selalu ia sampaikan kepada orang-orang terdekatnya.
·
Pertama
: Akan selalu berpihak pada yang lemah.
·
Kedua
: Anti-diskriminasi dalam bentuk apa pun.
·
Ketiga
: Tidak pernah membenci orang, sekalipun disakiti.
Gus Dur
merupakan salah tokoh bangsa yang berjuang paling depan melawan radikalisme
agama. Ketika radikalisme agama sedang kencang-kencangnya bertiup, Gus Dur
menantangnya dengan berani. Dia bahkan mempersiapkan pasukan sendiri bila harus
berhadapan melawan kekerasan yang dipicu agama. Gus Dur menentang semua
kekerasan yang mengatasnamakan agama. Dia juga pejuang yang tidak mengenal
hambatan.
Gus Dur dalam
pemerintahannya telah menghapus praktik diskriminasi di Indonesia. Tak
berlebihan kiranya bila negara dan rakyat Indonesia memberikan penghargaan
setinggi-tingginya atas darma dan baktinya. Layaknya kiranya Gus Dur mendapat
penghargaan sebagai Bapak Pluralisme dan Demokratisasi di Indonesia.
Doktor
kehormatan dan Penghargaan Lain
Dikancah
internasional, Gus Dur banyak memperoleh gelar Doktor
Kehormatan (Doktor Honoris Causa) dibidang
humanitarian, pluralisme, perdamaian dan demokrasi dari berbagai lembaga
pendidikan diantaranya :
·
Doktor
Kehormatan dari Jawaharlal Nehru University, India (2000)
·
Doktor
Kehormatan dari Twente University, Belanda (2000)
·
Doktor
Kehormatan bidang Ilmu Hukum dan Politik, Ilmu Ekonomi dan Manajemen, dan Ilmu
Humaniora dari Pantheon Sorborne University, Paris, Perancis (2000)
·
Doktor
Kehormatan bidang Filsafat Hukum dari Thammasat University, Bangkok, Thailand
(2000)
·
Doktor
Kehormatan dari Chulalongkorn University, Bangkok, Thailand (2000)
·
Doktor
Kehormatan dari Asian Institute of Technology, Bangkok, Thailand (2000)
·
Doktor
Kehormatan dari Soka Gakkai University, Tokyo, Jepang (2002)
·
Doktor
Kehormatan bidang Kemanusiaan dari Netanya University, Israel (2003)
·
Doktor
Kehormatan bidang Hukum dari Konkuk University, Seoul, Korea Selatan (2003)
·
Doktor
Kehormatan dari Sun Moon University, Seoul, Korea Selatan (2003)
Penghargaan-penghargaan lain :
·
Penghargaan
Dakwah Islam dari pemerintah Mesir (1991)
·
Penghargaan
Magsaysay dari Pemerintah Filipina atas usahanya mengembangkan hubungan
antar-agama di Indonesia (1993)
·
Bapak
Tionghoa Indonesia (2004)
·
Pejuang
Kebebasan Pers
Gus Dur wafat
pada hari Rabu, 30 Desember 2009, di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta,
pada pukul 18.45 akibat berbagai komplikasi penyakit, terutama gangguan ginjal,
yang dideritanya sejak lama. Sebelum wafat ia harus menjalani hemodialisis
(cuci darah) rutin. Seminggu sebelum dipindahkan ke Jakarta ia sempat dirawat
di Jombang seusai mengadakan perjalanan di Jawa Timur. Gus Dur di makamkan di
Jombang Jawa Timur
Megawati Soekarno Putri (Presiden kelima Republik Indonesia)
Bernama Lengkap
Diah Permata Megawati Setiawati Soekarnoputri atau akrab di sapa Megawati
Soekarnoputri lahir di Yogyakarta, 23 Januari 1947. Sebelum diangkat sebagai
presiden, beliau adalah Wakil Presiden RI yang ke-8 dibawah pemerintahan
Abdurrahman Wahid. Megawati adalah putri sulung dari Presiden RI pertama yang
juga proklamator, Soekarno dan Fatmawati. Megawati, pada awalnya menikah dengan
pilot Letnan Satu Penerbang TNI AU, Surendro dan dikaruniai dua anak lelaki bernama
Mohammad Prananda dan Mohammad Rizki Pratama.
Pada suatu
tugas militer, tahun 1970, di kawasan Indonesia Timur, pilot Surendro bersama
pesawat militernya hilang dalam tugas. Derita tiada tara, sementara anaknya
masih kecil dan bayi. Namun, derita itu tidak berkepanjangan, tiga tahun
kemudian Mega menikah dengan pria bernama Taufik Kiemas, asal Ogan Komiring
Ulu, Palembang. Kehidupan keluarganya bertambah bahagia, dengan dikaruniai
seorang putri Puan Maharani. Kehidupan masa kecil Megawati dilewatkan di Istana
Negara. Sejak masa kanak-kanak, Megawati sudah lincah dan suka main bola
bersama saudaranya Guntur. Sebagai anak gadis, Megawati mempunyai hobi menari
dan sering ditunjukkan di hadapan tamu-tamu negara yang berkunjung ke Istana.
Wanita bernama lengkap Dyah Permata Megawati Soekarnoputri ini memulai pendidikannya, dari SD hingga SMA di Perguruan Cikini, Jakarta. Sementara, ia pernah belajar di dua Universitas, yaitu Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Bandung (1965-1967) dan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (1970-1972). Kendati lahir dari keluarga politisi jempolan, Mbak Mega -- panggilan akrab para pendukungnya -- tidak terbilang piawai dalam dunia politik. Bahkan, Megawati sempat dipandang sebelah mata oleh teman dan lawan politiknya. Beliau bahkan dianggap sebagai pendatang baru dalam kancah politik, yakni baru pada tahun 1987. Saat itu Partai Demokrasi Indonesia (PDI) menempatkannya sebagai salah seorang calon legislatif dari daerah pemilihan Jawa Tengah, untuk mendongkrak suara.
atas dukungan pemerintah, menyelenggarakan Kongres PDI di Medan pada tahun 1996, untuk menaikkan kembali Soerjadi. Tetapi Mega tidak mudah ditaklukkan. Karena Mega dengan tegas menyatakan tidak mengakui Kongres Medan. Mega teguh menyatakan dirinya sebagai Ketua Umum PDI yang sah. Kantor DPP PDI di Jalan Diponegoro, sebagai simbol keberadaan DPP yang sah, dikuasai oleh pihak Mega. Para pendukung Mega tidak mau surut satu langkah pun. Mereka tetap berusaha mempertahankan kantor itu.
Wanita bernama lengkap Dyah Permata Megawati Soekarnoputri ini memulai pendidikannya, dari SD hingga SMA di Perguruan Cikini, Jakarta. Sementara, ia pernah belajar di dua Universitas, yaitu Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Bandung (1965-1967) dan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (1970-1972). Kendati lahir dari keluarga politisi jempolan, Mbak Mega -- panggilan akrab para pendukungnya -- tidak terbilang piawai dalam dunia politik. Bahkan, Megawati sempat dipandang sebelah mata oleh teman dan lawan politiknya. Beliau bahkan dianggap sebagai pendatang baru dalam kancah politik, yakni baru pada tahun 1987. Saat itu Partai Demokrasi Indonesia (PDI) menempatkannya sebagai salah seorang calon legislatif dari daerah pemilihan Jawa Tengah, untuk mendongkrak suara.
atas dukungan pemerintah, menyelenggarakan Kongres PDI di Medan pada tahun 1996, untuk menaikkan kembali Soerjadi. Tetapi Mega tidak mudah ditaklukkan. Karena Mega dengan tegas menyatakan tidak mengakui Kongres Medan. Mega teguh menyatakan dirinya sebagai Ketua Umum PDI yang sah. Kantor DPP PDI di Jalan Diponegoro, sebagai simbol keberadaan DPP yang sah, dikuasai oleh pihak Mega. Para pendukung Mega tidak mau surut satu langkah pun. Mereka tetap berusaha mempertahankan kantor itu.
Mega terus
berjuang. PDI pun menjadi dua. Yakni, PDI pimpinan Megawati dan PDI pimpinan
Soerjadi. Massa PDI lebih berpihak dan mengakui Mega. Tetapi, pemerintah
mengakui Soerjadi sebagai Ketua Umum PDI yang sah. Akibatnya, PDI pimpinan Mega
tidak bisa ikut Pemilu 1997. Setelah rezim Orde Baru tumbang, PDI Mega berubah
nama menjadi PDI Perjuangan. Partai politik berlambang banteng gemuk dan
bermulut putih itu berhasil memenangkan Pemilu 1999 dengan meraih lebih tiga
puluh persen suara. Kemenangan PDIP itu menempatkan Mega pada posisi paling
patut menjadi presiden dibanding kader partai lainnya. Tetapi ternyata pada
SU-MPR 1999, Mega kalah.
Pada masa
perintahan Presiden Abdurrahman wahid Megawati duduk sebagai wakil presiden,
Tetapi, posisi kedua tersebut rupanya sebuah tahapan untuk kemudian pada waktunya memantapkan Mega pada posisi sebagai orang nomor satu di negeri ini. Sebab kurang dari dua tahun, tepatnya tanggal 23 Juli 2001 anggota MPR secara aklamasi menempatkan Megawati duduk sebagai Presiden RI ke-5 menggantikan KH Abdurrahman Wahid. Megawati menjadi presiden hingga 20 Oktober 2003. Setelah habis masa jabatannya, Megawati kembali mencalonkan diri sebagai presiden dalam pemilihan presiden langsung tahun 2004. Namun, beliau gagal untuk kembali menjadi presiden setelah kalah dari Susilo Bambang Yudhoyono yang akhirnya menjadi Presiden RI ke-6.
Tetapi, posisi kedua tersebut rupanya sebuah tahapan untuk kemudian pada waktunya memantapkan Mega pada posisi sebagai orang nomor satu di negeri ini. Sebab kurang dari dua tahun, tepatnya tanggal 23 Juli 2001 anggota MPR secara aklamasi menempatkan Megawati duduk sebagai Presiden RI ke-5 menggantikan KH Abdurrahman Wahid. Megawati menjadi presiden hingga 20 Oktober 2003. Setelah habis masa jabatannya, Megawati kembali mencalonkan diri sebagai presiden dalam pemilihan presiden langsung tahun 2004. Namun, beliau gagal untuk kembali menjadi presiden setelah kalah dari Susilo Bambang Yudhoyono yang akhirnya menjadi Presiden RI ke-6.
Biodata :
Nama : Dr (HC) Hj. Megawati Soekarnoputri
Nama Lengkap : Dyah Permata Megawati Setyawati Soekarnoputri
Lahir : Yogyakarta, 23 Januari 1947
Agama : Islam
Suami : Taufik Kiemas
Anak: 3 orang, (2 putra, 1 putri)
Karir :
:: Presiden Ke-5 RI (2001 – 2004)
:: Wakil Presiden RI (1999- 2001)
:: Anggota DPR/MPR RI (1999)
:: Anggota DPR/MPR RI (1987-1992)
Organisasi :
:: Ketua Umum DPP PDI Perjuangan, April 2000-2005 dan 2005-2009
Perjalanan karir
1. Anggota Gerakan Mahasiswa Nasional Indonsia (Bandung), (1965)
2. Anggota DPR-RI, (1993)
3. Anggota Fraksi PDI Komisi IV
4. Ketua DPC PDI Jakarta Pusat, Anggota FPDI DPR-RI, (1987-1997)
5. Ketua Umum PDI versi
6. Munas Kemang (1993-sekarang) PDI yang dipimpinnya berganti nama menjadi PDI Perjuangan pada 1999-sekarang
7. Wakil Presiden RI, (Oktober 1999-23 Juli 2001)
8. Presiden RI ke-5, (23 Juli 2001-2004)
Perjalanan pendidikan
1. SD Perguruan Cikini Jakarta, (1954-1959)
2. SLTP Perguruan Cikini Jakarta, (1960-1962)
3. SLTA Perguruan Cikini Jakarta, (1963-1965)
4. Fakultas Pertanian UNPAD Bandung (1965-1967), (tidak selesai)
5. Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (1970-1972), (tidak selesai).
Susilo Bambang Yudhoyono (Presiden keenam Republik Indonesia)
Susilo Bambang
Yudhoyono adalah presiden RI ke-6. Berbeda dengan presiden sebelumnya, beliau
merupakan presiden pertama yang dipilih secara langsung oleh rakyat dalam
proses Pemilu Presiden putaran II 20 September 2004. Lulusan terbaik AKABRI
(1973) yang akrab disapa SBY ini lahir di Pacitan, Jawa Timur 9 September 1949.
Istrinya bernama Kristiani Herawati, merupakan putri ketiga almarhum Jenderal
(Purn) Sarwo Edhi Wibowo.
Pensiunan jenderal berbintang empat ini adalah anak tunggal dari pasangan R. Soekotjo dan Sitti Habibah. Darah prajurit menurun dari ayahnya yang pensiun sebagai Letnan Satu. Sementara ibunya, Sitti Habibah, putri salah seorang pendiri Ponpes Tremas. Beliau dikaruniai dua orang putra yakni Agus Harimurti Yudhoyono (mengikuti dan menyamai jejak dan prestasi SBY, lulus dari Akmil tahun 2000 dengan meraih penghargaan Bintang Adhi Makayasa) dan Edhie Baskoro Yudhoyono (lulusan terbaik SMA Taruna Nusantara, Magelang yang kemudian menekuni ilmu ekonomi).
Pendidikan SR adalah pijakan masa depan paling menentukan dalam diri SBY. Ketika duduk di bangku kelas lima, beliau untuk pertamakali kenal dan akrab dengan nama Akademi Militer Nasional (AMN), Magelang, Jawa Tengah. Di kemudian hari AMN berubah nama menjadi Akabri. SBY masuk SMP Negeri Pacitan, terletak di selatan alun-alun. Ini adalah sekolah idola bagi anak-anak Kota Pacitan. Mewarisi sikap ayahnya yang berdisiplin keras, SBY berjuang untuk mewujudkan cita-cita masa kecilnya menjadi tentara dengan masuk Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri) setelah lulus SMA akhir tahun 1968. Namun, lantaran terlambat mendaftar, SBY tidak langsung masuk Akabri. Maka SBY pun sempat menjadi mahasiswa Teknik Mesin Institut 10 November Surabaya (ITS).
Namun kemudian, SBY justru memilih masuk Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan Pertama (PGSLP) di Malang, Jawa Timur. Sewaktu belajar di PGSLP Malang itu, beliau mempersiapkan diri untuk masuk Akabri. Tahun 1970, akhirnya masuk Akabri di Magelang, Jawa Tengah, setelah lulus ujian penerimaan akhir di Bandung. SBY satu angkatan dengan Agus Wirahadikusumah, Ryamizard Ryacudu, dan Prabowo Subianto. Semasa pendidikan, SBY yang mendapat julukan Jerapah, sangat menonjol. Terbukti, belaiu meraih predikat lulusan terbaik Akabri 1973 dengan menerima penghargaan lencana Adhi Makasaya.
Pendidikan militernya dilanjutkan di Airborne and Ranger Course di Fort Benning, Georgia, AS (1976), Infantry Officer Advanced Course di Fort Benning, Georgia, AS (1982-1983) dengan meraih honor graduate, Jungle Warfare Training di Panama (1983), Anti Tank Weapon Course di Belgia dan Jerman (1984), Kursus Komandan Batalyon di Bandung (1985), Seskoad di Bandung (1988-1989) dan Command and General Staff College di Fort Leavenworth, Kansas, AS (1990-1991). Gelar MA diperoleh dari Webster University AS. Perjalanan karier militernya, dimulai dengan memangku jabatan sebagai Dan Tonpan Yonif Linud 330 Kostrad (Komandan Peleton III di Kompi Senapan A, Batalyon Infantri Lintas Udara 330/Tri Dharma, Kostrad) tahun 1974-1976, membawahi langsung sekitar 30 prajurit.
Batalyon Linud 330 merupakan salah satu dari tiga batalyon di Brigade Infantri Lintas Udara 17 Kujang I/Kostrad, yang memiliki nama harum dalam berbagai operasi militer. Ketiga batalyon itu ialah Batalyon Infantri Lintas Udara 330/Tri Dharma, Batalyon Infantri Lintas Udara 328/Dirgahayu, dan Batalyon Infantri Lintas Udara 305/Tengkorak. Kefasihan berbahasa Inggris, membuatnya terpilih mengikuti pendidikan lintas udara (airborne) dan pendidikan pasukan komando (ranger) di Pusat Pendidikan Angkatan Darat Amerika Serikat, Ford Benning, Georgia, 1975. Kemudian sekembali ke tanah air, SBY memangku jabatan Komandan Peleton II Kompi A Batalyon Linud 305/Tengkorak (Dan Tonpan Yonif 305 Kostrad) tahun 1976-1977. Beliau pun memimpin Pleton ini bertempur di Timor Timur.
Sepulang dari Timor Timur, SBY menjadi Komandan Peleton Mortir 81 Yonif Linud 330 Kostrad (1977). Setelah itu, beliau ditempatkan sebagai Pasi-2/Ops Mabrigif Linud 17 Kujang I Kostrad (1977-1978), Dan Kipan Yonif Linud 330 Kostrad (1979-1981), dan Paban Muda Sops SUAD (1981-1982). Ketika bertugas di Mabes TNI-AD, itu SBY kembali mendapat kesempatan sekolah ke Amerika Serikat. Dari tahun 1982 hingga 1983, beliau mengikuti Infantry Officer Advanced Course, Fort Benning, AS, 1982-1983 sekaligus praktek kerja-On the job training di 82-nd Airbone Division, Fort Bragg, AS, 1983. Kemudian mengikuti Jungle Warfare School, Panama, 1983 dan Antitank Weapon Course di Belgia dan Jerman, 1984, serta Kursus Komando Batalyon, 1985. Pada saat bersamaan SBY menjabat Komandan Sekolah Pelatih Infanteri (1983-1985)
Lalu beliau dipercaya menjabat Dan Yonif 744 Dam IX/Udayana (1986-1988) dan Paban Madyalat Sops Dam IX/Udayana (1988), sebelum mengikuti pendidikan di Sekolah Staf dan Komando TNI-AD (Seskoad) di Bandung dan keluar sebagai lulusan terbaik Seskoad 1989. SBY pun sempat menjadi Dosen Seskoad (1989-1992), dan ditempatkan di Dinas Penerangan TNI-AD (Dispenad) dengan tugas antara lain membuat naskah pidato KSAD Jenderal Edi Sudradjat. Lalu ketika Edi Sudradjat menjabat Panglima ABRI, beliau ditarik ke Mabes ABRI untuk menjadi Koordinator Staf Pribadi (Korspri) Pangab Jenderal Edi Sudradjat (1993).
Lalu, beliau kembali bertugas di satuan tempur, diangkat menjadi Komandan Brigade Infantri Lintas Udara (Dan Brigif Linud) 17 Kujang I/Kostrad (1993-1994) bersama dengan Letkol Riyamizard Ryacudu. Kemudian menjabat
Asops Kodam
Jaya (1994-1995) dan Danrem 072/Pamungkas Kodam IV/Diponegoro (1995). Tak lama
kemudian, SBY dipercaya bertugas ke Bosnia Herzegovina untuk menjadi perwira
PBB (1995). Beliau menjabat sebagai Kepala Pengamat Militer PBB (Chief Military
Observer United Nation Protection Force) yang bertugas mengawasi genjatan
senjata di bekas negara Yugoslavia berdasarkan kesepakatan Dayton, AS antara
Serbia, Kroasia dan Bosnia Herzegovina. Setelah kembali dari Bosnia, beliau
diangkat menjadi Kepala Staf Kodam Jaya (1996). Kemudian menjabat Pangdam
II/Sriwijaya (1996-1997) sekaligus Ketua Bakorstanasda dan Ketua Fraksi ABRI
MPR (Sidang Istimewa MPR 1998) sebelum menjabat Kepala Staf Teritorial (Kaster)
ABRI (1998-1999).
Sementara, langkah karir politiknya dimulai tanggal 27 Januari 2000, saat memutuskan untuk pensiun lebih dini dari militer ketika dipercaya menjabat sebagai Menteri Pertambangan dan Energi pada pemerintahan Presiden KH Abdurrahman Wahid. Tak lama kemudian, SBY pun terpaksa meninggalkan posisinya sebagai Mentamben karena Gus Dur memintanya menjabat Menkopolsoskam. Pada tanggal 10 Agustus 2001, Presiden Megawati mempercayai dan melantiknya menjadi Menko Polkam Kabinet Gotong-Royong. Tetapi pada 11 Maret 2004, beliau memilih mengundurkan diri dari jabatan Menko Polkam. Langkah pengunduran diri ini membuatnya lebih leluasa menjalankan hak politik yang akan mengantarkannya ke kursi puncak kepemimpinan nasional. Dan akhirnya, pada pemilu Presiden langsung putaran kedua 20 September 2004, SBY yang berpasangan dengan Jusuf Kalla meraih kepercayaan mayoritas rakyat Indonesia dengan perolehan suara di attas 60 persen. Dan pada tanggal 20 Oktober 2004 beliau dilantik menjadi Presiden RI ke-6.
Berikut ini data lengkap tentang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
Nama : Jenderal TNI (Purn) Susilo Bambang Yudhoyono
Lahir : Pacitan, Jawa Timur, 9 September 1949
Agama : Islam
Jabatan : Presiden Republik Indonesia ke-6
Istri : Kristiani Herawati, putri ketiga (Alm) Jenderal (Purn) Sarwo Edhi Wibowo
Anak : Agus Harimurti Yudhoyono dan Edhie Baskoro Yudhoyono
Ayah : Letnan Satu (Peltu) R. Soekotji
Ibu : Sitti Habibah
Pendidikan :
* Akademi Angkatan Bersenjata RI (Akabri) tahun 1973
* American Language Course, Lackland, Texas AS, 1976
* Airbone and Ranger Course, Fort Benning , AS, 1976
* Infantry Officer Advanced Course, Fort Benning, AS, 1982-1983
* On the job training di 82-nd Airbone Division, Fort Bragg, AS, 1983
* Jungle Warfare School, Panama, 1983
* Antitank Weapon Course di Belgia dan Jerman, 1984
* Kursus Komando Batalyon, 1985
* Sekolah Komando Angkatan Darat, 1988-1989
* Command and General Staff College, Fort Leavenwort, Kansas, AS
* Master of Art (MA) dari Management Webster University, Missouri, AS
Karier :
* Dan Tonpan Yonif Linud 330 Kostrad
(1974-1976)
* Dan Tonpan Yonif 305 Kostrad (1976-1977)
* Dan Tn Mo 81 Yonif Linud 330 Kostrad (1977)
* Pasi-2/Ops Mabrigif Linud 17 Kujang I Kostrad
(1977-1978)
* Dan Kipan Yonif Linud 330 Kostrad (1979-1981)
* Paban Muda Sops SUAD (1981-1982)
* Komandan Sekolah Pelatih Infanteri
(1983-1985)
* Dan Yonif 744 Dam IX/Udayana (1986-1988)
* Paban Madyalat Sops Dam IX/Udayana (1988)
* Dosen Seskoad (1989-1992)
* Korspri Pangab (1993)
* Dan Brigif Linud 17 Kujang 1 Kostrad
(1993-1994)
* Asops Kodam Jaya (1994-1995)
* Danrem 072/Pamungkas Kodam IV/Diponegoro
(1995)
* Chief Military Observer United Nation Peace
Forces (UNPF) di Bosnia-Herzegovina (sejak awal November 1995)
* Kasdam Jaya (1996-hanya lima bulan)
* Pangdam II/Sriwijaya (1996-) sekaligus Ketua
Bakorstanasda
* Ketua Fraksi ABRI MPR (Sidang Istimewa MPR
1998)
* Kepala Staf Teritorial (Kaster ABRI (1998-1999)
* Mentamben (sejak 26 Oktober 1999)
* Menko Polsoskam (Pemerintahan Presiden
Abdurrahman Wahid)
* Menko Polkam (Pemerintahan Presiden Megawati
Sukarnopotri) mengundurkan diri 11 Maret 2004
Penugasan : Operasi Timor Timur 1979-1980 dan
1986-1988
Penghargaan :
* Adi Makayasa (lulusan terbaik Akabri 1973)
* Tri Sakti Wiratama (Prestasi Tertinggi
Gabungan Mental Fisik, dan Intelek), 1973
* Satya Lencana Seroja, 1976
* Honorour Graduated IOAC, USA, 1983
* Satya Lencana Dwija Sista, 1985
* Lulusan terbaik Seskoad Susreg XXVI, 1989
* Dosen Terbaik Seskoad, 1989
* Satya Lencana Santi Dharma, 1996
* Satya Lencana United Nations Peacekeeping
Force (UNPF), 1996
* Satya Lencana United Nations Transitional
Authority in Eastern Slavonia, Baranja, and Western Sirmium (UNTAES), 1996
* Bintang Kartika Eka Paksi Nararya, 1998
* Bintang Yudha Dharma Nararya, 1998
* Wing Penerbang TNI-AU, 1998
* Wing Kapal Selam TNI-AL, 1998
* Bintang Kartika Eka Paksi Pratama, 1999
* Bintang Yudha Dharma Pratama, 1999
* Bintang Dharma, 1999
* Bintang Maha Putera Utama, 1999
* Tokoh Berbahasa Lisan Terbaik, 2003
* Bintang Asia (Star of Asia) dari
BusinessWeek, 2005
* Bintang Kehormatan Darjah Kerabat Laila Utama
dari Sultan Brunei
* Doktor Honoris Causa dari Universitas Keio,
2006
Referensi
Referensi




Tidak ada komentar:
Posting Komentar