Hari itu Jum’at pagi
tanggal 14 Februari 2014 aku keluar rumah dikejutkan oleh adanya butiran
butiran debu halus di halaman rumah selidik punya selidik ternyata hujan abu,
aku yakin ada gunung yang perutnya mual kemudian muntah-muntah, aku nyalakan TV
untuk mencari informasi, benar di salah satu stasion TV memberitakan bahwa
semalam gunung kelud erupsi memuntahkan isi perutnya.
Aku mencoba search di mas google sasaranku jatuh di
Wikipedia, mengapa kok Wikipedia ? entahlah aku hanya ingin melihat kelud dari
sisi lain aja, dan dari yang aku baca aku sarikan sebagai berikut:
1.
Gunung berapi atau gunung api adalah istilah yang
didefinisikan sebagai suatu sistem saluran panas (batuan dalam wujud cair atau
lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan bumi
sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material yang
dikeluarkan pada saat meletus.
2.
Gunung berapi terdapat dalam beberapa bentuk sepanjang
masa hidupnya. Gunung berapi yang aktif mungkin berubah menjadi separuh aktif,
istirahat, sebelum akhirnya menjadi tidak aktif atau mati. Bagaimanapun gunung
berapi mampu istirahat dalam waktu 610 tahun sebelum berubah menjadi aktif
kembali. Oleh itu, sulit untuk menentukan keadaan sebenarnya dari suatu gunung
berapi itu, apakah gunung berapi itu berada dalam keadaan istirahat atau telah
mati.
3.
Apabila gunung berapi meletus, magma yang terkandung
di dalam kamar magma di bawah gunung berapi meletus keluar sebagai lahar atau
lava. Selain daripada aliran lava, kehancuran oleh gunung berapi disebabkan
melalui berbagai cara: Aliran lava; Letusan gunung berapi; Aliran lumpur; Abu; Kebakaran
hutan; Gas beracun; Gelombang tsunami; Gempa bumi.
4.
Gunung kelud adalah jenis gunung statovolcano (Tersusun
dari batuan hasil letusan dengan tipe letusan berubah-ubah sehingga dapat
menghasilkan susunan yang berlapis-lapis dari beberapa jenis batuan, sehingga
membentuk suatu kerucut besar (raksasa), kadang-kadang bentuknya tidak
beraturan, karena letusan terjadi sudah beberapa ratus kali.
5.
Gunung Kelud adalah sebuah gunung berapi di Provinsi Jawa
Timur, Indonesia, yang masih aktif. Gunung ini berada di perbatasan antara
Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar, dan Kabupaten Malang , kira-kira 27 km
sebelah timur pusat Kota Kediri.
6.
Bersama dengan Gunung Merapi, Gunung Kelud merupakan
gunung berapi paling aktif di Indonesia. Sejak tahun 1000 M, Kelud telah
meletus lebih dari 30 kali, dengan letusan terbesar berkekuatan 5 Volcanic
Explosivity Index (VEI). Letusan
terakhir Gunung Kelud terjadi ya sekarang ini tahun 2014
Morfologi gunung kelud
Gunung api ini termasuk dalam tipe stratovulkan dengan
karakteristik letusan eksplosif. Gunung Kelud terbentuk akibat proses subduksi
lempeng benua Indo-Australia terhadap lempeng Eurasia. Sejak tahun 1300 Masehi,
gunung ini tercatat aktif meletus dengan rentang jarak waktu yang relatif
pendek (9-25 tahun), menjadikannya sebagai gunung api yang berbahaya bagi
manusia.
Kekhasan gunung api ini adalah adanya danau kawah (hingga
akhir tahun 2007) yang membuat lahar letusan sangat cair dan membahayakan
penduduk sekitarnya. Akibat aktivitas tahun 2007 yang memunculkan kubah lava,
danau kawah nyaris sirna dan tersisa semacam kubangan air.
Puncak-puncak yang ada sekarang merupakan sisa dari letusan
besar masa lalu yang meruntuhkan bagian puncak purba. Dinding di sisi barat
daya runtuh terbuka sehingga kompleks kawah membuka ke arah itu. Puncak Kelud
adalah yang tertinggi, berposisi agak di timur laut kawah. Puncak-puncak
lainnya adalah Puncak Gajahmungkur di sisi barat dan Puncak Sumbing di sisi
selatan.
Catatan aktivitas Gunung Kelud
Sejak abad ke-15, Gunung Kelud telah memakan korban lebih
dari 15.000 jiwa. Letusan gunung ini pada tahun 1586 merenggut korban lebih
dari 10.000 jiwa. Sebuah sistem untuk mengalihkan aliran lahar telah dibuat secara
ekstensif pada tahun 1926 dan masih berfungsi hingga kini setelah letusan pada
tahun 1919 memakan korban hingga ribuan jiwa akibat banjir lahar dingin menyapu
pemukiman penduduk.
Pada abad ke-20, Gunung Kelud tercatat meletus pada tahun
1901, 1919 (1 Mei), 1951, 1966, dan 1990. Pola ini membawa para ahli gunung api
pada siklus 15 tahunan bagi letusan gunung ini. Memasuki abad ke-21, gunung ini
erupsi pada tahun 2007, 2010, dan 2014. Perubahan frekuensi ini terjadi akibat
terbentuknya sumbat lava di mulut kawah gunung.
a. Letusan 1919
Letusan Gunung Kelud tahun 1919
tercatat dalam laporan Carl Wilhelm Wormser (1876-1946), pejabat Pengadilan
Landraad di Tulung Agung (masa kolonial Belanda), yang menjadi saksi mata
bencana alam tersebut.Disebutkan, pada 20 Mei 1919 siang, tiba-tiba langit
gelap. Hilangnya matahari membuat semua yang hidup menjadi takut dan gentar.
Hujan abu dan batu yang turun. Para penduduk desa di lereng gunung berusaha
menyelamatkan apapun yang dapat diselamatkan: harta dan jiwa dan hewan
peliharaan. Semuanya berlarian menghindari kekerasan alam. Lari! Lari kemanakah
dirimu? Bernafas semakin sulit. Udara semakin mencekik semua yang bernafas.
Bunyi desiran semakin dekat dan kuat. Aliran lahar menghancurkan semuanya dan
mengganggu jalan keluar untuk manusia. Bangunan dan pepohonan besar patah
menjadi kecil-kecil bak korek api. Kawah memuntahkan lahar dan abu dan disertai
awan gas beracun. Hutan, tanah dan sawah ditutup kain kafan berwarna abu-abu.
Belasan desa raib dari peta bumi. Ribuan korban jiwa dikubur hidup-hidup.
Letusan ini termasuk yang paling
mematikan karena menelan korban 5.160 jiwa , merusak sampai 15.000 ha lahan
produktif karena aliran lahar mencapai 38 km, meskipun di Kali Badak telah
dibangun bendung penahan lahar pada tahun 1905. Selain itu Hugo Cool pada tahun
1907 juga ditugaskan melakukan penggalian saluran melalui pematang atau dinding
kawah bagian barat. Usaha itu berhasil mengeluarkan air 4,3 juta meter kubik.
Karena letusan inilah kemudian
dibangun sistem saluran terowongan pembuangan air danau kawah, dan selesai pada
tahun 1926. Secara keseluruhan dibangun tujuh terowongan. Pada masa setelah
kemerdekaan dibangun terowongan baru setelah letusan tahun 1966, 45 meter di
bawah terowongan lama. Terowongan yang selesai tahun 1967 itu diberi nama
Terowongan Ampera. Saluran ini berfungsi mempertahankan volume danau kawah agar
tetap 2,5 juta meter kubik.
b. Letusan 1990
Letusan 1990 berlangsung selama 45
hari, yaitu 10 Februari 1990 hingga 13 Maret 1990. Pada letusan ini, Gunung
Kelud memuntahkan 57,3 juta meter kubik material vulkanik. Lahar dingin
menjalar sampai 24 kilometer dari danau kawah melalui 11 sungai yang berhulu di
gunung itu.
Letusan ini sempat menutup terowongan
Ampera dengan material vulkanik. Proses normalisasi baru selesai pada tahun
1994.
c. Letusan 2007
Aktivitas gunung ini meningkat pada
akhir September 2007 dan masih terus berlanjut hingga November tahun yang sama,
ditandai dengan meningkatnya suhu air danau kawah, peningkatan kegempaan
tremor, serta perubahan warna danau kawah dari kehijauan menjadi putih keruh.
Status "awas" (tertinggi) dikeluarkan oleh Pusat Vulkanologi dan
Mitigasi Bencana Geologi sejak 16 Oktober 2007 yang berimplikasi penduduk dalam
radius 10 km dari gunung (lebih kurang 135.000 jiwa) yang tinggal di lereng
gunung tersebut harus mengungsi. Namun letusan tidak terjadi.
Setelah sempat agak mereda, aktivitas
Gunung Kelud kembali meningkat sejak 30 Oktober 2007 dengan peningkatan pesat
suhu air danau kawah dan kegempaan vulkanik dangkal. Pada tanggal 3 November
2007 sekitar pukul 16.00 suhu air danau melebihi 74 derajat Celsius, jauh di
atas normal gejala letusan sebesar 40 derajat Celsius, sehingga menyebabkan
alat pengukur suhu rusak. Getaran gempa tremor dengan amplitudo besar (lebih
dari 35mm) menyebabkan petugas pengawas harus mengungsi, namun kembali tidak
terjadi letusan.
Akibat aktivitas tinggi tersebut
terjadi gejala unik dalam sejarah Kelud dengan munculnya asap tebal putih dari
tengah danau kawah diikuti dengan kubah lava dari tengah-tengah danau kawah
sejak tanggal 5 November 2007 dan terus "tumbuh" hingga berukuran
selebar 100 m. Para ahli menganggap kubah lava inilah yang menyumbat saluran
magma sehingga letusan tidak segera terjadi. Energi untuk letusan dipakai untuk
mendorong kubah lava sisa letusan tahun 1990.
Sejak peristiwa tersebut aktivitas
pelepasan energi semakin berkurang dan pada tanggal 8 November 2007 status
Gunung Kelud diturunkan menjadi "siaga" (tingkat 3).
Danau kawah Gunung Kelud praktis
"hilang" karena kemunculan kubah lava yang besar. Yang tersisa
hanyalah kolam kecil berisi air keruh berwarna kecoklatan di sisi selatan kubah
lava.
d.Letusan 2014
Peningkatan aktivitas Gunung Kelud
mulai terjadi di akhir tahun 2013. Pada 10 Februari 2014, Gunung Kelud
dinaikkan statusnya menjadi Siaga dan kemudian Awas pada tanggal 13 Februari
pukul 21.15 diumumkan status bahaya tertinggi, Awas (Level IV), sehingga radius
10 km dari puncak harus dikosongkan dari manusia. Belum sempat pengungsian
dilakukan, pada pukul 22.50 telah terjadi letusan tipe ledakan (eksplosif).
Erupsi tipe eksplosif seperti pada tahun 1990 (pada tahun 2007 tipenya efusif,
yaitu berupa aliran magma) diprediksikan akan terjadi setelah hujan kerikil
yang cukup lebat dirasakan warga di wilayah Kecamatan Ngancar, Kediri, Jawa
Timur, lokasi tempat gunung berapi yang terkenal aktif ini berada, bahkan
hingga kota Pare, Kediri]. Wilayah
Wates dijadikan tempat tujuan pengungsian warga yang tinggal dalam radius
sampai 10 kilometer dari kubah lava menurut rekomendasi dari Pusat Vulkanologi,
Mitigasi, dan Bencana Geologi (PVMBG). Suara ledakan dilaporkan terdengar
hingga kota Solo dan Yogyakarta (200 km), bahkan Purbalingga (lebih kurang 300
km), Jawa Tengah.
Dampak berupa abu vulkanik pada tanggal
14 Februari 2014 dini hari dilaporkan warga telah mencapai Kabupaten Ponorogo,
bahkan di Yogyakarta hampir seluruh wilayah tertutup abu vulkanik yang cukup
pekat melebihi abu vulkanik dari Merapi. Ketebalan abu vulkanik di kawasan
Yogyakarta dan Sleman bahkan diperkirakan lebih dari 2 centimeter. Dampak Debu
abu vulkanik juga mengarah ke arah Barat Jawa, dan dilaporkan sudah mencapai
Kabupaten Ciamis, Bandung dan beberapa daerah lain di Jawa Barat. Di daerah
Madiun dan Magetan jarak pandang untuk pengendara kendaraan bermotor atau mobil
hanya sekitar 3-5 meter karena turunnya abu vulkanik dari letusan Gunung Kelud
tersebut sehingga banyak kendaraan bermotor yang berjalan sangat pelan. Di sisi
lain banyak pengguna kendaraan atau warga di sekitar Kota Madiun yang terganggu
akibat Erupsi tersebut.
Menyusul adanya letusan intruksi
Kemenhub menutup sementara beberapa bandar udara di Pulau Jawa seperti Bandar
Udara Internasional Juanda Surabaya, Bandar Udara Abdul Rachman Saleh Malang, Bandar
Udara Achmad Yani Semarang, Bandar Udara Adi Sutjipto Yogyakarta, Bandar Udara
Adi Sumarmo Surakarta, Bandar Udara Tunggul Wulung Cilacap dan Bandar Udara
Husein Sastranegara Bandung
Letusan 2014 telah dideteksi oleh
PVMBG dan ditanggapi dengan peningkatan status menjadi Waspada (level II). Pada
tanggal 10 Februari status meningkat menjadi Siaga (Level III), dan
persiapan-persiapan mengenai kebencanaan telah mulai dilakukan. Kawasan seputar
5 km dari titik puncak kawah telah disterilkan dari kegiatan manusia. Letusan
Kelud kali ini paling dahsyat dibanding letusan sebelumnya pada tahun 1990.
Tingkat isyarat
gunung berapi di Indonesia
|
||
Status
|
Makna
|
Tindakan
|
AWAS
|
Ø
Menandakan gunung berapi yang segera atau sedang meletus atau ada
keadaan kritis yang menim- bulkan bencana
Ø
Letusan pembukaan dimulai dengan abu dan asap
Ø
Letusan berpeluang terjadi dalam waktu 24 jam
|
Ø
Wilayah yang terancam bahaya direkomendasikan untuk dikosongkan
Ø
Koordinasi dilakukan secara harian
Ø
Piket penuh
|
SIAGA
|
Ø
Menandakan gunung berapi yang sedang bergerak ke arah letusan atau
menimbulkan bencana
Ø
Peningkatan intensif kegiatan seismik
Ø
Semua data menunjukkan bahwa aktivitas dapat segera berlanjut ke
letusan atau menuju pada keadaan yang dapat menimbulkan bencana
Ø
Jika tren peningkatan berlanjut, letusan dapat terjadi dalam waktu 2
minggu
|
Ø
Sosialisasi di wilayah terancam
Ø
Penyiapan sarana darurat
Ø
Koordinasi harian
Ø
Piket penuh
|
WASPADA
|
Ø
Ada aktivitas apa pun bentuknya
Ø
Terdapat kenaikan aktivitas di atas level normal
Ø
Peningkatan aktivitas seismik dan kejadian vulkanis lainnya
Ø
Sedikit perubahan aktivitas yang diakibatkan oleh aktivitas magma,
tektonik dan hidrotermal
|
Ø
Penyuluhan/sosialisasi
Ø
Penilaian bahaya
Ø
Pengecekan sarana
Ø
Pelaksanaan piket terbatas
|
NORMAL
|
Ø
Tidak ada gejala aktivitas tekanan magma
Ø
Level aktivitas dasar
|
Ø
Pengamatan rutin
Ø
Survei dan penyelidikan
|
Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar